Manajemen PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV bersiap memasuki pasar ritel dengan menjual produk teh ke pasar.Untuk menutupi harga pokok dan mendapat 'margin'/keuntungan, korporasi akan melakukan diversifikasi produk dan penjualan teh secara ritel.
Direktur PTPN IV Sucipto Prayitno di Medan, Sumatera Utara, Rabu, mengatakan harga jual teh di pasar luar negeri belum menggembirakan akibat banyak faktor.
"Untuk menutupi harga pokok dan mendapat 'margin'/keuntungan, korporasi akan melakukan diversifikasi produk dan penjualan teh secara ritel," ujarnya.
Baca juga: Unud kembangkan produk olahan teh, untuk sistem imun hadapi COVID-19
Penjualan teh secara ritel juga dilakukan Board of Manajemen (BOM) PTPN IV karena merasa terpanggil untuk membangkitkan kembali keberadaan teh itu sebagai komoditas yang menghasilkan laba bagi perusahaan, serta mempertahankan kebanggaan Sumut/Indonesia sebagai salah satu penghasil teh serta menjadi salah satu kawasan wisata agro.
Kebun teh PTPN IV, katanya, harus bisa mandiri dan dapat melakukan penjualan secara ritel.
"Peluang pasar teh hijau maupun teh hitam dalam kemasan cukup tinggi karena minat masyarakat menggunakan teh celup masih tinggi,"ujarnya.
Baca juga: Fokus pada sawit-gula, PTPN kurangi lahan perkebunan karet dan teh
Sucipto Prayitno menjelaskan, peluncuran penjualan teh dalam kemasan secara ritel itu akan dilakukan pada tahun 2020 ini juga.
"Rasa minuman teh dalam kemasan PTPN IV ada dua macam yakni Butong Tea dan Tobasari Tea,"ujar Sucipto Prayitno.
Sucipto menyebutkan, untuk mendongkrak penjualan, PTPN IV membidik pasar ritel tradisional, seperti keluarga besar perusahaan yang berjumlah sekitar 76.000 orang dan karyawan purna bhakti yang sekitar 44.000 orang dan pasar modern.
Baca juga: Sumut ekspor teh 461 ton ke sembilan negara
Kepala Bagian Sekretariat Perusahaan PTPN IV, Riza Fahlevi Naim, menyebutkan, sebagai pemain baru di pasar ritel dan di tengah persaingan yang ketat, PTPN IV akan fokus mendekat dengan konsumen.
Riza menyebutkan kebun teh PTPN IV (Bah Butong dan Tobasari) yang berlokasi di Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumut juga memiliki potensi besar sebagai agrowisata.
Selain memiliki air terjun Bah Biak, instalasi pompa air peninggalan Belanda dari sumber mata air, proses budidaya teh dan proses pengolahan teh, perumahan staf yang dibangun Belanda menjadi daya tarik wisatawan.
Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020