Keterlibatan wisatawan dalam tari pergaulan, semacam tayub di Jawa, yang dijadwalkan berlangsung tiga hari mulai Kamis sore, mampu menyemarakkan suasana festival yang dibuka oleh Wakil Bupati Tabanan, I Gusti Gede Putra Wirasana.
Kemunculan sejumlah wisatawan asing dan domestik berpakaian adat Bali, dengan aneka gerak tari yang tidak beraturan, justru sering menimbulkan gelak tawa hadirin, sehingga suasana bertambah meriah.
Kegiatan yang bertujuan melestarikan budaya Bali yang beraneka ragam itu, dihadiri berbagai kalangan, sekaligus memperingati Tahun Kunjungan Museum Indonesia 2010 dan menyongsong agenda besar festival seni Tanah Lot yang dijadwalkan digelar pertengahan tahun ini.
Pengurus Badan Pengelola Objek Wisata Tanah Lot berharap melalui festival joged bumbung akan turut memacu kreativitas dalam seni dan budaya bagi para pelaku seni di Tabanan.
Manager Operasional Objek Wisata Tanah Lot, I Made Sujana, melaporkan, hari pertama festival menampilkan duta seni Kecamatan Baturiti, Penebel, Marga, dan dari Kecamatan Kerambitan.
Hari berikutnya (29/1) dari Kecamatan Selemadeg Barat, Selemadeg, Selemadeg Timur, dan Kediri. Sedangkan Sabtu (30/1) sore disuguhkan kebolehan tim seni Kecamatan Tabanan dan Pupuan.
Made Sujana berharap pelibatan wisatawan yang ikut menari bersama para peserta festival, juga akan memberikan kesan tersendiri, yang akan menjadi bagian dari promosi dari mulut ke mulut.
Selama ini, katanya, objek Wisata Tanah Lot konsisten dalam melestarikan budaya Bali yang beraneka ragam, diawali kegiatan festival seni Tanah Lot tahun 2009.
Pihak pengelola Tanah Lot juga ingin mempersembahkan penghargaan kepada para pelaku seni atas usaha mereka selama ini dalam menjaga dan melestarikan budaya Bali melalui berbagai ide kreatif.
"Melalui festival budaya ini, kami berharap mampu memberikan nilai tambah bagi wisatawan yang datang," ujar Made Sujana.
Wisatawan yang ikut menari, semuanya memakai pakaian tradisional Bali berupa sarung dan selendang yang diikatkan di pinggang.
Pada festival ini, panitia mensyaratkan kesopanan gerak bagi para penari maupun wisatawan yang ikut menari, termasuk dilarang mempertontonkan aksi porno dan vulgarisme.
Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keaslian budaya Bali, khususnya tari joged yang dulunya merupakan tarian pergaulan yang sopan dan jauh dari kesan vulgar.(*)
Pewarta: rusla
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010