"Piranti ini cocok dan baik untuk perikanan skala kecil dan industri serta dirancang dan dikembangkan guna mendukung program pelacakan asal dari ikan tertangkap dan Seafood Import Monitoring (SIM)," kata Indra kepada wartawan di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan TREKfish tidak memerlukan jejaring komunikasi satelit untuk dapat berfungsi menelusuri jejak operasi penangkapan ikan. Data posisi kapal akan dapat terus terekam, walaupun tidak berada atau keluar dari area sinyal seluler.
Melalui piranti TREKfish, kata da, kapal dapat mengirimkan data posisi terkininya sewaktu kapal kembali masuk ke area cakupan seluler. Melalui TREKfish, setiap pelaku industri perikanan juga dapat mengakses langsung posisi kapalnya tanpa harus diketahui oleh nelayan lainnya.
Kepala Divisi Akustik, Instrumentasi dan Robotika Kelautan IPB University itu mengatakan TREKfish dirancang dapat merekam posisi kapal setiap lima menit sekali atau 12 posisi kapal per jam.
Indra mengatakan piranti tersebut agar bisa mengangkat perikanan skala kecil melalui pengenalan teknologi terkini. Terlebih inovasi itu dilengkapi perangkat lunak Fisheries Electronic Reporting (fishER) yang merupakan sistem pelaporan hasil tangkapan.
Ia mengatakan cara kerja TREKfish adalah melacak jejak penangkapan ikan. Terdapat visualisasi hasil penelusuran yang dapat diakses melalui ponsel pintar. Sistem dapat dihubungkan perangkat pencatatan hasil tangkapan secara elektronik.
Piranti, kata dia, dirancang mudah dioperasikan dan berbiaya hemat yang membantu peningkatan efisiensi penangkapan ikan pada perikanan skala kecil maupun besar.
Beberapa yang dapat dirasakan manfaat dari TREKfish adalah meningkatkan efisiensi waktu pencarian dan penangkapan ikan. Dengan begitu, hasil tangkapan tentu melonjak.
Baca juga: Satelit pelacak ungkap misteri paus biru
Baca juga: Menteri KKP dorong penguatan pelayanan perikanan berbasis teknologi
Baca juga: IPB University luncurkan mata kuliah pertanian inovatif
Baca juga: IPB University bantu 12 desa lingkar kampus kembangkan data presisi
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2020