Pendamping Program Pembangunan Pemberdayaan Kelurahan dan Perdesaan Mandiri (P2KPM) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) bersama Kelurahan Waru mengusulkan penetapan kawasan konservasi bekantan yang jumlahnya tinggal ratusan ekor di kawasan Sungai Tunan.kawasan tersebut harus dilakukan konservasi
"Hari ini kami sudah menggelar pertemuan di aula Kelurahan Waru. Semua peserta rapat sepakat untuk mengusulkan ke Pemkab PPU dalam bentuk Peraturan Bupati tentang penetapan kawasan konservasi bekantan," ujar Penanggungjawab Program P2KPM Kabupaten PPU Sunarto Sastrowardojo di Penajam, Jumat.
Hal-hal yang disepakati dalam pertemuan ini ada empat, pertama adalah forum sepakat mengusulkan penetapan kawasan konservasi bekantan di Waru. Kedua, forum sepakat membentuk tim usulan penetapan konservasi dan Tim Susur Sungai Tunan di Kelurahan Waru.
Ketiga, setelah tim terbentuk, Kelurahan Waru akan mengeluarkan SK sebagai bukti legalitas, dan yang keempat adalah tim sepakat menjadwalkan susur sungai dan survei lapangan oleh Pokdarwis, Karang Taruna, dan HPI Kabupaten PPU.
Baca juga: BKSDA: Bekantan kian terdesak alih fungsi hutan
Baca juga: BKSDA-SBI percepat pelepasliaran bekantan
Saat pertemuan tersebut, Abdullah Rahman selaku Wakil Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kabupaten PPU mengatakan bahwa dulunya di sekitar Sungai Tunan ada ribuan bekantan, namun kini tinggal ratusan ekor.
Abdullah Rahman yang akrab disapa Dullah ini melanjutkan, jika kawasan Sungai Tunan dan sekitarnya tidak dilakukan konservasi, maka ia khawatir ke depan populasi benkantan akan terus menyusut seiring dengan adanya kerusakan hutan.
Dulu, kata Dullah yang juga Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Waru Tua ini, di riparian Sungai Tunan banyak vegetasi lokal yang menjadi sumber makanan bekantan, antara lain rambai sungai, buah ara, dan berbagai biji-bijian dari pohon mangrove.
Baca juga: Kalimantan Selatan ingin boyong 20 bekantan dari Surabaya
Baca juga: Gubernur Kalsel inginkan bekantan mendunia
Namun kini, sejumlah vegetasi lokal itu mulai berkurang karena adanya penebangan pohon mangrove, alih fungsi lahan baik sebagai lahan pertanian maupun untuk permukiman.
"Untuk itu, kawasan tersebut harus dilakukan konservasi, apalagi di kawasan itu bukan hanya ada bekantan, tapi juga monyet ekor panjang, kemudian di sungainya ada lumba-lumba, hiu tutul, blue plankton, dan berbagai kekayaan flora fauna lainnya,” ucap Dullah.
Baca juga: Ratusan bekantan stres karena kebakaran hutan
Baca juga: Ternyata bekantan masih ada di Kotawaringin Timur
Pewarta: M.Ghofar
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020