Sebagian sektor usaha di Kota Yogyakarta mulai kembali menggeliat, mulai bisa bernafas meski belum semuanya bisa dilakukan secara maksimal
Aktivitas ekonomi di Kota Yogyakarta setelah sekitar satu semester terdampak pandemi COVID-19 dinilai mulai menggeliat, namun belum maksimal karena tidak terjadi secara merata di seluruh bidang usaha.
“Sebagian sektor usaha di Kota Yogyakarta mulai kembali menggeliat, mulai bisa bernafas meski belum semuanya bisa dilakukan secara maksimal,” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Minggu.
Menurut Heroe, berdasarkan survei secara acak yang dilakukan di sejumlah tempat usaha, seperti pasar tradisional diketahui omzet pedagang saat ini rata-rata sekitar 50 persen, bahkan masih ada toko atau kios yang belum mampu mengembalikan omzet mereka seperti saat sebelum terjadi pandemi COVID-19.
“Ada toko yang hanya memperoleh tiga hingga lima konsumen dalam satu pekan. Warung-warung makan pun masih ada yang belum bisa mengembalikan omzet mereka seperti kondisi normal,” katanya.
Heroe memperkirakan, geliat ekonomi di Kota Yogyakarta akan kembali pada kondisi normal apabila kegiatan pariwisata dan pendidikan sudah bisa berjalan dengan normal.
“Yogyakarta sangat mengandalkan roda perekonomiannya dari pendidikan dan pariwisata. Keberadaan mahasiswa, pelajar, dan wisatawan menjadi pengungkit perekonomian di kota ini,” katanya.
Oleh karena itu, Heroe mengatakan, pada kondisi yang belum normal seperti saat pandemi, Pemerintah Kota Yogyakarta tidak bisa menghitung secara pasti pertumbuhan ekonomi pada tahun ini hingga akhir tahun.
“Dalam masa pandemi seperti saat ini, prediksi pertumbuhan ekonomi sangat sulit dihitung karena tidak ada angka-angka normal yang bisa dijadikan patokan untuk hitungan,” katanya.
Meskipun demikian, Heroe menyebut Pemerintah Kota Yogyakarta tetap akan berupaya untuk menjaga kondisi perekonomian dengan baik sehingga aktivitas perekonomian tetap berjalan.
“Agar perekonomian tetap berjalan dan pencegahan penularan COVID-19 bisa dilakukan maksimal, maka satu-satunya jalan adalah menjalankan seluruh protokol kesehatan secara disiplin. Tidak ada cara lain,” katanya.
Pelaksanaan protokol kesehatan, lanjut dia, tidak boleh disepelekan atau dianggap enteng, apalagi aktivitas perekonomian tidak bisa dilepaskan dengan banyaknya interaksi antar orang.
“Supaya semuanya tetap aman dan nyaman, maka protokol kesehatan itu yang harus dijalankan. Butuh kesadaran semua pihak supaya bisa menjalankan protokol kesehatan dengan sungguh-sungguh,” katanya.
Sebelumnya, Bappeda Kota Yogyakarta menyusun prediksi pertumbuhan ekonomi berdasarkan berbagai asumsi dan memperkirakan pertumbuhan ekonomi bisa minus 2,2 persen untuk asumsi pesimis, pada asumsi moderat tumbuh 0,35 persen dan untuk asumsi optimis naik 2,07 persen.
Baca juga: PHRI DIY harapkan tamu hotel dari luar DKI Jakarta
Baca juga: KAI Daop 6 Yogyakarta ketatkan protokol kesehatan penumpang
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020