Sepuluh pendeta Kristen terkemuka dari negara Skandinavia tersebut, termasuk Uskup Agung Gereja Prostestan Antje Jackele, mengeluarkan sebuah pernyataan yang menentang aksi anti-Muslim.
Uskup agung, bersama pemimpin gereja lainnya, secara tegas menjauhkan dirinya dari "pelanggaran yang disengaja atas keyakinan umat."
Organisasi Kristen tersebut mengatakan bahwa aksi yang dilakukan oleh kelompok rasis sayap kanan Denmark, "barbar".
Serangan semacam itu mempertajam polarisasi antar masyarakat "saat negara kami perlu membangun martabat dan hak setiap orang," tambahnya.
Partai Garis Keras Denmark (Stram Kurs) anti-migran pada Kamis membakar salinan kitab suci umat Muslim di Rinkeby, lingkungan yang mayoritas Muslim di Stockholm.
Peristiwa itu terjadi beberapa hari setelah aksi serupa di Kota Malmo, Swedia selatan.
Insiden tersebut menyebabkan sejumlah polisi terluka dan sedikitnya 10 orang diamankan.
Pihak Kepolisian melarang masuk ke Swedia pemimpin kelompok Rasmus Paludan selama dua tahun.
Persatuan Ulama Muslim Internasional, yang berbasis di Doha, bahkan mengecam aksi kekerasan tersebut.
Turki dan Pakistan juga menyalahkan ekstremis sayap kanan di Swedia atas aksi Islamofobia mereka.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Indonesia kecam pembakaran Al Quran di Swedia, Denmark
Baca juga: Kerusuhan pecah di Kota Malmo-Swedia usai pembakaran Al Quran
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020