• Beranda
  • Berita
  • RS swasta Bekasi mulai kehabisan ruang isolasi pasien COVID-19

RS swasta Bekasi mulai kehabisan ruang isolasi pasien COVID-19

15 September 2020 13:46 WIB
RS swasta Bekasi mulai kehabisan ruang isolasi pasien COVID-19
Ruang perawatan pasien COVID-19 di RSUD Kota Bekasi, Jawa Barat. (Foto: ANTARA/Pradita Kurniawan Syah).
Sejumlah Rumah Sakit swasta rujukan di Kota Bekasi, Jawa Barat mulai kehabisan ruang isolasi dilengkapi penyerap partikulat efisiensi tinggi (hepa filter) dan berventilator untuk merawat pasien COVID-19.

"Datanya sudah 490 sekian pasien COVID-19 tetapi data itu bergerak terus ya. Ini gejala ringan dan gejala berat. Berarti hampir sebagian besar rumah sakit full, terutama yang butuh ventilator. Jadi kalau misalkan ada kasus berat, Kota Bekasi sudah tidak bisa menampung," kata Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Kota Bekasi Eko Nugroho, Selasa.

Eko mengatakan ada tiga jenis ruangan isolasi. Pertama ruangan isolasi bertekanan negatif dengan ventilator, lalu ruangan bertekanan negatif tanpa ventilator, dan terakhir ruangan isolasi biasa.

Saat ini rata-rata ruangan yang paling banyak tersedia hanya untuk pasien COVID-19 dengan gejala ringan sementara ruang isolasi bertekanan negatif dengan ventilator di rumah sakit swasta rujukan kini semakin terbatas.

Padahal kapasitas tempat tidur untuk isolasi pasien gejala ringan hingga berat di rumah sakit swasta Kota Bekasi sudah ditambah seiring penambahan kasus COVID-19.

Baca juga: Sumbar siapkan sejumlah ruang perawatan ODP antisipasi COVID-19

Baca juga: Camat Sintang: Pasien positif COVID-19 minta TV di ruang perawatan


Dari semula hanya ada 199 tempat tidur kini sudah ditambah menjadi 464 tempat tidur isolasi bagi pasien gejala ringan hingga berat sedangkan ruang isolasi dengan ventilator tidak bertambah banyak karena keterbatasan biaya.

"Karena menampung gejala berat itu butuh ventilator, butuh alat untuk filter di ruang isolasi dan itu harganya tidak murah," ujarnya.

Dengan kondisi saat ini dia khawatir akan berimbas pada tingginya kemungkinan angka kematian pasien COVID-19, terutama pasien yang memiliki gejala berat atau memiliki riwayat penyakit bawaan sebab pertolongan pertama untuk pasien COVID-19 yang bergejala berat menjadi sulit ditangani.

"Kalau berat dan harus pakai ventilator berarti lebih dari 50 persen kemungkinannya (tingkat potensi kematian) secara medis. Kemungkinan selamatnya tipis. Memang takdir di tangan Tuhan tetapi secara medis hitungannya begitu," katanya.

Pihaknya berjanji akan tetap melakukan upaya semaksimal mungkin untuk keselamatan pasien COVID-19 meski tempat tidur dengan ventilator terbatas.

Ia juga berharap pemerintah menambah tempat tidur isolasi dengan ventilator untuk menekan angka kematian COVID-19 di Kota Bekasi.

"Kita akan lakukan penanganan semaksimal mungkin yang bisa kita lakukan. Semua perkembangan COVID-19 di rumah sakit sudah disampaikan langsung ke Pemkot Bekasi. Jadi, sebetulnya sudah terpikirkan sejak awal oleh Pemkot," ucapnya.

"Jadi investasi di bidang alat kesehatan tidak mudah, mahal, maka sedianya pemerintah sudah berupaya meminta sumbangan atau apa gitu untuk beli alat ventilator itu," imbuh dia.

Baca juga: Pemkot Magelang siap tambah kapasitas ruang perawatan pasien COVID-19

Baca juga: RSUI Depok tambah ruang perawatan khusus pasien COVID-19

Pewarta: Pradita Kurniawan Syah
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020