Hal tersebut terjadi saat kondisi kesehatan tampaknya meningkatkan risiko parah COVID-19.
Pada 2019 sedikitnya 35 persen populasi orang dewasa di 12 negara bagian mengalami obesitas, naik dari sembilan pada 2018, berdasarkan data yang diperoleh melalui survei telepon yang diselenggarakan oleh CDC dan departemen kesehatan.
Alabama mencatat prevalensi tertinggi, yakni 36,1 persen, disusul oleh Alaska dan Arizona, dengan Wyoming melaporkan angka persentase terendah. Badan kesehatan memperingatkan bahwa obesitas tiga kali lipat memungkinkan rawat inap di rumah sakit karena COVID-19.
Orang dewasa kulit hitam dan Hispanik memiliki prevalensi yang lebih tinggi ketimbang orang dewasa kulit putih dan lebih memungkinkan mengalami dampak COVID-19 terparah, menurut laporan yang dirilis pada Kamis.
Sebanyak 39,8 persen orang dewasa kulit hitam paling menderita kondisi kesehatan, diikuti oleh orang dewasa Hispanik dengan 33,8 persen dan 29,9 persen orang dewasa kulit putih non-Hispanik.
Kelompok ras dan minoritas etnik secara historis memiliki peluang kesehatan ekonomi, fisik dan emosional yang lebih kecil, dan banyak dari faktor ini berkontribusi pada level obesitas yang lebih tinggi, demikian laporan tersebut.
Badan kesehatan AS menyebutkan bahwa orang dewasa dengan status mahasiswa aktif melaporkan level obesitas yang lebih rendah daripada mereka yang bukan. Kemudian orang dewasa muda 50 persen lebih memungkinkan mengalami obesitas daripada usia paruh baya.
Sumber: Reuters
Baca juga: Obesitas di AS berkembang pesat
Baca juga: Amerika latin rugi miliaran dolar akibat kurang gizi dan kegemukan
Baca juga: Depresi intai orang yang mengalami obesitas
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020