"Saya percaya RI bisa menjadi negara besar ketujuh di dunia. Alasannya, karena semua potensi kita punya, baik sumberdaya alam, termasuk posisi geostrategis dan juga potensi berupa sumberdaya manusia," ujarnya.
Namun, demikian Sukardi, untuk melakukan lompatan sistematis dan konsisten, Indonesia memerlukan kepemimpinan nasional yang kuat serta tegas.
"Selain itu juga diperlukan fokus kebijakan yang bertumpu pada kekayaan alamaiah yang kita miliki, yaitu pertanian, maritim, dan pariwisata," terangnya.
Tanpa itu, peluang RI untuk menjadi negara besar lebih utopis (mimpi) daripada realistis.
Sebaliknya, pakar dan peneliti politik LIPI Hermawan Sulistio menilai, apa yang dikatakan Mahathir Mohammad tidak lebih daripada untuk konsumsi domestik Malaysia.
"Supaya mereka punya `benchmark`," katanya.
Hermawan malah meragukan prediksi itu karena baginya sulit bagi Indonesia mencapai posisi ketujuh terbesar dunia itu.
"Masalahnya, jika pertumbuhan ekonomi dan pemerataan yang dijadikan acuan, mungkin memang bagus (dan bisa). Tetapi harus diingat, bahwa negara-negara lain juga tumbuh, bahkan banyak yang di atas Indonesia," ungkapnya.
Jika Indonesia tidak berbenah, tidak mengubah paradigma pembangunan dan tidak mempunyai pemimpin yang tangguh, maka kesenjangan akan semakin besar dengan negara lain, demikian Hermawan. (*)
M036/P004/AR09
Pewarta: jafar
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010