Pernyataan yang disampaikannya dalam sebuah kunjungan di Lampung Tengah, Jumat (19/6/2020) itu menjadi sinyal bahwa di tengah pandemi COVID-19 saat ini masyarakat yang tinggal di perkotaan pun, meski dengan lahan terbatas, bisa menyumbang peran bagi upaya ketahanan pangan itu.
Kini, kreativitas di masa pandemi ini terus bermunculan, khususnya kegiatan bercocok tanam pada sejumlah perumahan-perumahan di perkotaan dengan metode urban farming itu.
Sematan penamaannya pun beragam yang muncul, ada yang menyebut urban farming, family farming, "kampung siaga pangan", "kebun ketahanan pangan", urban agriculture dan sederet atribusi lainnya, namun intinya sama, yakni menggunakan lahan terbatas di perumahan perkotaan untuk bercocok tanam.
Nun di kawasan Indonesia timur, Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) VIII di Manado, Sulawesi Utara, melalui seluruh personelnya mengolah lahan yang ada di kawasan pangkalan.
"Terima kasih kepada seluruh personel yang sudah menanam serta merawat tanaman yang berada di kebun Ketahanan Pangan Lantamal VIII dengan baik," kata Komandan Lantamal VIII Brigadir Jenderal TNI (Mar) Donar Philip Rompas saat panen sayuran pada Kamis (16/7/2020).
"Dari kebun ketahanan pangan Lantamal VIII ini bisa menghasilkan sayuran yang berlebih dan dapat dibagikan kepada masyarakat. Kebun kita bisa menjadi berkat buat orang lain," ujarnya.
Mentan Syahrul Yasin Limpo pada kegiatan pelepasan ekspor komoditas pertanian di sembilan pintu utama pengiriman pada Kamis (30/4) pun mengukuhkan tangguhnya sektor pertanian dalam masa pandemi COVID-19 ini.
Bahkan, sektor pertanian disebutnya solusi yang pasti untuk mencegah krisis darurat COVID-19. Ia kemudian merujuk data Januari hingga Maret 2020 tercatat nilai ekonomi sebesar Rp100,7 triliun, sehingga kepada pelaku usaha pertanian diminta tetap berproduksi dan menjalankan kewajibanya memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Arif Satria menguatkannya dengan menyatakan bahwa bisnis paling menjanjikan pada masa depan adalah pada sektor pertanian.
"Yang abadi di dunia ini satu adalah perubahan dan kedua adalah pangan, karena semua orang di dunia ini pasti akan makan sampai akhir zaman nanti," katanya saat menemani pengusaha nasional Sandiaga Uno berkunjung ke Agribusiness Technology Park IPB University di Bogor, Kamis (27/8).
Ikan dan sayuran
Dari sekian banyak kreativitas mengupayakan ketahanan pangan pada skala mikro atau komunitas itu dilakukan warga di RT02/RW13 Perumahan Griya Melati, Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Jawa Barat.
Selama masa pandemi COVID-19 ini, warga di perumahan itu menggagas kegiatan yang disebut sebagai Program Budi Daya Ikan Mandiri (BUDIMAN).
Ketua RT02/RW13 perumahan itu Emil Rachman didampingi Humas BUDIMAN Ria Erliawati dan Ketua Satgas BUDIMAN Tb. Endang menjelaskan bahwa dengan diskusi bersama warga sepakat memanfaatkan lahan kosong dan terbatas dengan bercocok tanam sayuran dan beternak ikan lele di dalam wadah ember.
"Kami mendapatkan dua manfaat sekaligus, yakni benefit, karena bisa menumbuhkan rasa kebersamaan dan kekompakan warga, dan juga profit, yakni meningkatkan pendapatan warga dari sayuran dan ikan lele yang bisa dijual," katanya.
Ria Erliawati menambahkan bahwa keterlibatan kaum perempuan dalam program menanam sayuran, seperti kangkung, seledri dan juga lainnya itu dilakukan melalui Dasa Wisma pada Program Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
Dalam kegiatan itu, hampir sebagian besar perempuan di perumahan itu ikut berpartisipasi, termasuk mengolah produk ikan lele dari wahana ember yang dilakukan, yang diberi label Lele Siap Goreng (LESGO).
Produk itu dijual secara daring melalui aplikasi marketplace https://rt02.griyamelati.net/warganet/ yang memfasilitasi proses jual beli, yang dirancang Ketua RT 02 Emil Rachman.
Ketua Satgas BUDIMAN TB Endang menambahkan bahwa ada 52 lebih ember untuk budi daya lele, yang sekaligus dipadukan dengan tanaman sayuran kangkung yang dikelola warga.
"Satu ember cukup besar itu mampu menampung 70 ikan lele, dan bisa dipanen setiap dua bulan," katanya dan menambahkan bahwa lele yang dihasilkan dijamin dari sumber pakan yang bersih dan sehat.
Dengan penambahan cairan probiotik dari warga yang bekerja di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), maka air dalam budi daya lele itu juga tidak berbau.
Hasil budi daya lele itu juga bisa diambil oleh siapa saja warga yang membutuhkan. "Karena ada juga warga di perumahan ini yang terdampak COVID-19 dari segi ekonomi," kata Endang.
Bangun solidaritas
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto saat ikut dalam panen raya ikan lele di ember dan juga sayuran kangkung memberikan apresiasi atas ikhtiar warga di perumahan tersebut.
Ia mengaku sebetulnya di hari panen raya itu, yakni pada Rabu (16/9) 2020, ia sebenarnya tidak memungkinan hadir ke Perumahan Griya Melati karena jadwal yang padat sekali. Ia kemudian memaksakan bisa hadir yang disebutnya "barang 10 menitan", karena kegiatan itu perlu dukungan, termasuk dirinya sebagai kepala daerah.
"Tapi kenapa saya harus datang ke sini? Karena kegiatan ini harus didukung dan karena ini kegiatan yang membanggakan sekali," katanya.
Ia juga mengemukakan baru saja Pemkot Bogor melakukan survei tentang COVID-19, di mana ada hasil survei yang membuatnya bersedih, yakni 90 persen warga Kota Bogor mengaku terpapar secara ekonomi, 40 persen putus kerja, 19 persen percaya COVID-19 itu teori konspirasi buatan manusia.
"Tapi ada dua temuan survei yang membuat saya semangat dan optimistis. Apa itu? Pertama, sebagian besar warga Kota Bogor itu punya solidaritas sosial yang sangat kuat," katanya.
Sehingga saat ditanya apakah banyak yang ingin menerima atau memberi, jawabnya adalah banyak yang mau memberi, banyak yang peduli terhadap sesama.
Temuan kedua, mayoritas warga Bogor itu optimistis bahwa akan berhasil memenangkan "peperangan" menghadapi COVID-19. "Jadi, ini dua modal sosial yang luar biasa," katanya.
Karena itu, apa yang dilakukan warga di Perumahan Griya Melati adalah salah satu contoh nyata, yakni menunjang ketahanan pangan keluarga di tengah pandemi dengan suasana warganya sangat guyub dan memiliki semangat gotong royong dan solidaritas yang luar biasa.
"Kehadiran saya di sini ingin menyampaikan pesan pada semua bahwa ini dahsyat, ini luar biasa, ini bisa jadi inspirasi untuk semuanya," katanya.
Ia mengatakan secara jujur terkadang malu di mana warga lebih semangat ketimbang aparatnya. Namun, ia mengatakan bahwa banyak juga camat dan lurahnya bagus, dinasnya juga bagus sehingga kegiatan warga perlu didukung.
Dengan pengembangan urban farming semacam itu, selain bisa membantu ketahanan pangan keluarga, juga bisa ada tambahan secara ekonomi ketika panen.
"Mungkin ada tambahan ekonomi dari budi daya ini, tapi rasanya itu bukan segalanya. Utamanya adalah kebersamaan yang paling mahal. Kalau sudah bersama, sudah kompak, sudah solid enak ke depannya," kata Bima Arya.
Apa yang dikembangkan di perumahan itu, menurut pegiat lingkungan dari Semesta Energi Wahyu F Riva, yang berawal dari coba-coba, kini sedang dan akan terus dikembangkan dengan dinamika yang ada.
Untuk itu pihaknya juga membuka ruang diskusi dengan semua pihak, tidak saja warga dan juga pejabat berwenang terkait program pertanian perkotaan, namun juga pihak lain.
Ruang itu, sudah muncul tatkala pada Sabtu (19/9) ada kunjungan dari ahli lingkungan, doktor lulusan Program Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB yang juga dosen Universitas Cokroaminoto Makassar Dr Muhammad Yusuf, SPi, M.Si dan Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKT) Ayip Said Abdullah
Wahyu F Riva yang juga Sekretaris RT02 Perumahan Griya Melati berharap diskusi dan saling bertukar pikiran akan bisa menemukan model yang lebih bagus lagi untuk dikembangkan, baik saat masa pandemi atau sesudahnya.
Pewarta: Andi Jauhary
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020