"Ini program yang sangat baik dan perlu dilanjutkan. Tidak hanya Jabodetabek, tapi juga di Yogyakarta, Sulawesi, Kalimantan, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali dan daerah lainnya," kata Ketua Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Dr drg RM Sri Hananto Seno saat diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Baca juga: PDGI: kondisi kesehatan gigi-mulut penduduk Indonesia menurun
Baca juga: PDGI imbau masyarakat cari tenaga kesehatan kompeten
Ia berpandangan pemeriksaan atau deteksi dini menggunakan PCR seharusnya dilakukan jauh hari sebelum ini. Dengan demikian, korban COVID-19 di kalangan tenaga kesehatan tidak separah saat ini.
Meskipun demikian, PDGI tetap mengapresiasi PCR gratis bagi tenaga kesehatan. Hanya saja, harapannya program tersebut terus berlanjut dan tidak berhenti di Jabodetabek saja.
Apalagi, hingga kini sekitar 115 dokter telah meninggal dunia akibat terinfeksi COVID-19. Tentunya dengan PCR gratis bagi tenaga kesehatan diharapkan tidak ada lagi dokter, bidan, perawat, dan tenaga kesehatan yang wafat. Sebab, mereka adalah benteng terakhir dalam upaya melawan pandemi COVID-19.
Secara spesifik, drg Hananto Seno berpandangan dokter gigi adalah profesi yang paling berisiko tinggi terpapar COVID-19. Sebab, setiap pasien yang diperiksa atau diobati sama sekali tidak menggunakan masker, sehingga ancaman penularan lebih terbuka lebar.
Baca juga: Penyakit gigi dan mulut tingkatkan risiko stroke dan jantung
Baca juga: PDGI: 60 persen dokter gigi terkonsentrasi di Jawa
"Satu-satunya mungkin pasien yang datang buka masker, tidak pernah menutup masker," ujar dia.
Oleh karena itu, PDGI yang memiliki anggota sekitar 38.600 se-Indonesia menyambut baik PCR gratis yang digagas Satgas Penanganan COVID-19. Sebanyak 34.000 diantaranya masih melakukan praktik sehingga berisiko terpapar.
"Untuk Jabodetabek ada sekitar 10.000 dokter gigi yang praktik mandiri," ujarnya.
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020