Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan belanja negara hingga 31 Agustus 2020 tumbuh 10,6 persen (yoy) yaitu sebesar Rp1.534,7 triliun dari Rp1.388,1 triliun pada periode sama tahun lalu.Artinya akselerasi belanja di dalam rangka meminimalkan dampak COVID-19 sudah mulai terlihat pada Agustus ini dan akan terus berlangsung pada September
Sri Mulyani mengatakan realisasi Rp1.534,7 triliun tersebut merupakan 56 persen dari target perubahan APBN dalam Perpres 72/2020 yaitu Rp2.739,2 triliun.
“Artinya akselerasi belanja di dalam rangka meminimalkan dampak COVID-19 sudah mulai terlihat pada Agustus ini dan akan terus berlangsung pada September,” katanya dalam konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, Selasa.
Realisasi belanja Rp1.534,7 triliun berasal dari belanja pemerintah pusat Rp977,3 triliun atau 49,5 persen dari target sebesar Rp1.975,2 triliun dengan rincian belanja K/L Rp517,2 triliun dan belanja non K/L terealisasi Rp460,1 triliun.
Belanja K/L itu telah mencapai 61,8 persen dari target dalam Perpres 72/2020 sebesar Rp836,4 triliun, sedangkan realisasi belanja non K/L merupakan 40,4 persen dari target yaitu Rp1.138,9 triliun.
“Sebagian belanja non K/L utamanya penanganan COVID-19 itu melonjak sebesar Rp460 triliun dibandingkan 2019 yaitu Rp375,9 triliun. Berarti terjadi kenaikan 22,4 persen,” jelasnya.
Untuk belanja K/L meliputi belanja pegawai Rp160,5 triliun atau 62,5 persen dari target dalam Perpres 72/2020 Rp256,6 triliun dan terkontraksi 3,5 persen (yoy) karena adanya perubahan kebijakan pembayaran THR dan Gaji ke-13.
Kemudian belanja barang Rp159 triliun atau 58,5 persen dari target dalam Perpres 72/2020 Rp271,7 triliun turut terkontraksi hingga 8,4 persen (yoy) yang dipengaruhi oleh kebijakan pembatasan sosial dan WFH.
Hal itu membuat realisasi untuk perjalanan dinas turun 62,6 persen yaitu dari Rp25,4 triliun menjadi Rp9,5 triliun dan belanja operasional turun 19,3 persen dari Rp79,8 triliun menjadi Rp64,4 triliun.
Belanja modal terealisasi Rp58,6 triliun atau terkontraksi 7,1 persen karena adanya restrukturisasi proyek dalam rangka refocusing atau realokasi penanganan COVID-19 serta pembatasan sosial.
Belanja bantuan sosial terealisasi Rp139,1 triliun atau 81,5 persen dari target dalam Perpres 72/2020 Rp170,7 triliun dan mampu tumbuh hingga 76,9 persen.
Peningkatan belanja bantuan sosial dia di antaranya dipengaruhi oleh percepatan penarikan KIP Kuliah, pelaksanaan JPS melalui bantuan PKH, Kartu Sembako, bansos sembako Jabodetabek dan bansos tunai non Jabodetabek.
Sementara untuk belanja non K/L terealisasi yang terealisasi Rp460,1 triliun atau meningkat 22,4 persen dibanding periode sama tahun lalu ditunjang oleh realisasi subsidi Rp95,3 triliun dan belanja lain-lain Rp61,6 triliun.
“Sebagian belanja non K/L utamanya penanganan COVID-19 itu melonjak sebesar Rp460 triliun dibandingkan 2019 yaitu Rp375,9 triliun. Berarti terjadi kenaikan 22,4 persen,” ujarnya.
Selanjutnya, belanja negara juga ditunjang oleh realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) yaitu Rp557,4 triliun atau 73 persen dari target dalam Perpres 72/2020 mencapai Rp763,9 triliun.
Realisasi TKDD tersebut terdiri dari transfer ke daerah yang mencapai Rp504,7 triliun dan Dana Desa sebesar Rp52,7 triliun.
“Kita berharap dalam kondisi COVID-19 dengan adanya belanja yang cukup besar pada kenaikannya di desa bisa memberikan ketahanan pada masyarakat desa,” katanya.
Baca juga: Sri Mulyani sebut defisit hingga Agustus 2020 capai 3,05 persen
Baca juga: Belanja negara 2021 naik, Sri Mulyani: Ada kenaikan subsidi energi
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020