Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bantaeng HM Yasin mengatakan hal itu seusai rapat persiapan pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) 2011 tingkat kabupaten di Bantaeng, Senin.
Menurut Yasin, untuk pengembangan kedua jenis padi pada kedua negara berbeda itu, bibitnya sedang dipersiapkan.
Padi untuk negeri matahari terbit Jepang bahkan sudah mulai diuji coba oleh Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Bantaeng di areal seluas enam hektar bersama sejumlah varietas padi lainnya.
"Bapak Bupati HM Nurdin Abdullah sudah melakukan pertemuan dengan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia membahas persiapan pengembangan padi untuk negara tersebut. Dubes bahkan menginginkan Bantaeng menjadi sentra produksi beras untuk negerinya," ujar Yasin mengutip hasil pertemuan Bupati HM Nurdin Abdullah dengan Dubes Arab Saudi untuk Indonesia pekan lalu.
Pengembangan berbagai jenis varietas padi dilakukan sebagai tekad untuk menjadikan daerah berjarak 120 kilometer arah selatan Kota Makassar ini sebagai kabupaten benih berbasis teknologi.
Kepercayaan kedua negara itu kepada Kabupaten Bantaeng merupakan bagian dari gerakan investasi yang ditunjang pemberian regulasi yang memudahkan masuknya pemodal ke daerah berjuluk Butta Toa ini.
Ini dimungkinkan karena Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah memberi perhatian serius terhadap kemudahan investasi. Melalui berbagai kemudahan yang diberikan kepada investor, diharapkan Bantaeng tidak lagi menjadi daerah tertinggal.
Sebaliknya, kita ingin mengembalikan kejayaan Bantaeng yang pada zamannya menjadi pusat pemerintahan dan membawahi Kabupaten Jeneponto, Bulukumba, Sinjai dan Selayar.
Menjawab pertanyaan, Yasin mengatakan, salah satu industri yang sudah siap melakukan ekspor adalah industri pengolahan ikan milik PT Global Seafood International Indonesia (GSII).
"Industri pengolahan ikan yang berpangkalan di Kecamatan Pa'jukukang itu akan melakukan ekspor perdana dalam bentuk surimi beku (frozen) ke Jepang pada 20 Februari 2010," ujarnya.
Industri pengolahan ikan tersebut tidak hanya menyerap tenaga kerja lokal, tetapi juga memberdayakan para nelayan daerah tetangga bahkan ke Kalimantan, Sulawesi Tengah dan Barat sebab industri tersebut membutuhkan bahan baku ikan 40 ton/hari.
Selain bidang kelautan dan perikanan, ekspor juga sudah dilakukan ke Korea untuk bahan baku kapuk yang juga melibatkan daerah tetangga hingga provinsi lainnya di tanah air. PT Global Seafood International Indonesia juga akan segera mengekspor talas ke Jepang, tambahnya.
Industri pengolahan talas yang juga berlokasi di Kecamatan Pa'jukukang membutuhkan bahan baku sebanyak 10 ton/hari. Bila semua kegiatan berjalan sesuai rencana, maka peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) secara otomatis juga akan meningkat.
Ini merupakan sesuatu yang sangat luar biasa sebab hanya dalam waktu 1,5 tahun kepemimpinan Bupati Nurdin Abdullah, Bantaeng yang semula berada dalam jajaran daerah tertinggal sudah bisa keluar menjadi daerah baru yang tumbuh di selatan Sulsel.
"Kita berharap Bantaeng tumbuh menjadi pusat ekonomi, pemerintahan dan budaya di bagian selatan Sulsel," ucapnya. (RY/K004)
Pewarta: handr
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010