Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan keselamatan jiwa masyarakat harus menjadi prioritas di tengah pandemi COVID-19, meskipun keberlangsungan hidup tersebut sama pentingnya dengan menjaga keberlangsungan ekonomi.
Kesehatan masyarakat dan keberlangsungan ekonomi harus berjalan seimbang ibarat gas dan rem pada sebuah mobil, kata Ma'ruf saat membuka Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama (NU) secara virtual dari Jakarta, Rabu.
"Bahkan, umpamanya diambil skala prioritas yang mana harus didahulukan jika dalam keadaan darurat? Jawabannya jelas dan tegas, dahulukan untuk menyelamatkan jiwa," katanya.
Baca juga: Wapres dorong NU tingkatkan literasi digital dalam berdakwah
Baca juga: Wapres Ma'ruf buka Konbes NU Tahun 2020
Perlindungan terhadap keberlangsungan hidup manusia atau hifdzun nafs harus menjadi hal utama yang diberikan oleh pemimpin di masa pandemi saat ini, katanya.
"Sesuai dengan prinsip taqdimu daf’il addhararil a’la ‘ala dhararil adna, mendahulukan penangkalan bahaya yang lebih besar daripada bahaya yang lebih kecil," tambahnya.
Oleh karena itu, Ma'ruf Amin mengapresiasi keputusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk menunda pelaksanaan Muktamar ke-34 NU, yang seharusnya diselenggarakan pada Oktober.
"Atas dasar itu (kemanusiaan, red.), maka keputusan untuk menunda pelaksanaan Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama adalah keputusan yang tepat. Saya menghargai sikap dan pertimbangan PBNU yang berlandaskan pada tujuan dasar syariah Islam maqosidus syari’ah," ujarnya.
Muktamar ke-34 NU sedianya akan diselenggarakan pada Oktober. Namun karena angka penularan COVID-19 yang belum bisa dikendalikan di Indonesia, maka pelaksanaan muktamar tersebut ditunda.
Dalam Konbes NU tersebut, Ma'ruf Amin juga menyampaikan apresiasi kepada PBNU dan seluruh jajaran pengurus cabang di daerah yang telah ikut serta mendukung kebijakan Pemerintah dalam menangani COVID-19.
Baca juga: Wapres: Pandemi COVID-19 tunjukkan manajemen kesehatan masih lemah
Baca juga: Wapres Ma'ruf dorong perluasan metode kuliah daring di Indonesia
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2020