"Fakta bahwa dua pertiga negara sudah mendaftar adalah hal yang brilian," kata juru bicara WHO Margaret Harris dalam jumpa pers di Jenewa, Selasa (22/9).
Fasilitas COVAX adalah inisiatif global yang menyatukan pemerintah dan produsen untuk memastikan vaksin COVID-19 pada akhirnya menjangkau mereka yang paling membutuhkan, siapa pun mereka, dan di mana pun mereka tinggal.
Sekitar 180 vaksin untuk memerangi penyakit baru sedang dikembangkan di seluruh dunia, termasuk 35 diantaranya yang sedang diujicobakan pada manusia, kata WHO.
"Kami tidak akan mendukung atau memvalidasi vaksin apa pun sampai terbukti benar-benar aman. Itu harus melewati tingkat standar keamanan tertinggi dan juga efektif," tutur Harris.
WHO dan mitra lainnya mengklaim bahwa 172 negara terlibat dalam diskusi untuk berpotensi berpartisipasi dalam rencana tersebut.
“Sampai hari ini, 64 negara berpenghasilan tinggi telah menyerahkan komitmen yang mengikat secara hukum untuk bergabung dengan Fasilitas COVAX,” ujar Seth Berkley, kepala Aliansi Vaksin GAVI dalam konferensi pers pada Senin (21/9).
Sebanyak 38 negara tambahan diharapkan segera menandatangani, kata dia. Negara-negara ini akan memiliki akses ke vaksin dalam portofolio COVAX dan akan membayar dosisnya sendiri.
Sementara itu, sebanyak 92 negara berpenghasilan rendah yang telah bergabung dengan COVAX akan membeli dosis vaksin untuk mereka.
"COVAX sekarang dalam bisnis, pemerintah dari setiap benua telah memilih untuk bekerja sama, tidak hanya untuk mengamankan vaksin bagi populasi mereka sendiri, tetapi juga untuk membantu memastikan bahwa vaksin tersedia bagi yang paling rentan di mana pun," kata Berkley.
Sumber: Anadolu
Baca juga: 156 negara gabung dalam skema adil vaksin global, China dan AS absen
Baca juga: Trump : PBB harus minta pertanggungjawaban China atas wabah COVID-19
Baca juga: Hasil uji klinis vaksin COVID-19 diumumkan Oktober 2020
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020