PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2020 akan mencapai minus 1 persen hingga minus 2 persen utamanya disebabkan oleh dampak pandemi COVID-19.Namun demikian, resesi yang dialami oleh Indonesia diperkirakan tidak akan sedalam negara-negara sekawasan seperti India, Filipina, Malaysia, Thailand, dan Singapura,
"Kami memperkirakan pertumbuhan full-year ekonomi Indonesia pada 2020 akan berada pada kisaran minus 1 persen sampai dengan minus 2 persen," kata Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro saat diskusi secara daring di Jakarta, Kamis.
Andry menuturkan pertumbuhan ekonomi di triwulan-I tahun ini melambat signifikan ke level 2,97 persen setelah muncul kasus pertama COVID-19 di Indonesia. Memasuki triwulan-III tahun 2020 kondisi ekonomi sedikit membaik seiring dengan adanya relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Baca juga: Sri Mulyani perkirakan ekonomi 2020 tumbuh minus 1,7-minus 0,6 persen
Proyeksi pertumbuhan ekonomi di triwulan III, lanjutnya, diperkirakan masih akan berada pada teritori negatif, namun dengan arah membaik dibandingkan triwulan-II. Hal itu sejalan dengan dinamika ekonomi global di mana banyak negara-negara dunia yang juga sudah memasuki resesi kecuali Vietnam dan China yang masih mencatat pertumbuhan positif.
"Namun demikian, resesi yang dialami oleh Indonesia diperkirakan tidak akan sedalam negara-negara sekawasan seperti India, Filipina, Malaysia, Thailand, dan Singapura, maupun negara-negara maju di Kawasan Eropa dan AS," ujar Andry.
Ke depan perekonomian akan mulai memasuki masa pemulihan pada tahun 2021 dengan asumsi kurva infeksi COVID-19 sudah menunjukkan perlambatan disertai adanya prospek penemuan dan produksi vaksin sehingga masalah pandemi bisa cepat teratasi.
Baca juga: Bahlil: Kalau fokus kelola UMKM, ekonomi tumbuh 4 persen mudah dicapai
"Kami memperkirakan ekonomi dapat tumbuh 4,4 persen di tahun 2021," kata Andry.
Sementara itu Andry menilai perbankan Indonesia masih relatif kuat di tengah pandemi. Berbagai stimulus yang diluncurkan oleh pemerintah dan otoritas moneter mampu menjaga kondisi likuiditas dan kualitas aset perbankan.
Menurut Andry, sektor perbankan memang mengalami perlambatan pertumbuhan kredit karena permintaan kredit yang jauh berkurang pada masa pandemi.
Baca juga: ADB pertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi RI
Pertumbuhan kredit diperkirakan hanya mencapai 1,5 persen dibandingkan tahun lalu, sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) dapat tumbuh sebesar 8,3 persen seiring makin banyaknya penabung dengan nominal besar.
"Dengan pertumbuhan DPK yang tinggi tersebut, maka kondisi likuiditas akan relatif tinggi pada tahun ini. Di sisi lain rasio kredit bermasalah atau NPL memang akan mengalami peningkatan antara 3,5 persen sampai 4 persen namun peningkatan ini dapat diredam karena stimulus pemerintah dan OJK," ujar Andry.
Baca juga: Sri Mulyani sebut peningkatan belanja negara momentum dongkrak ekonomi
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020