Departemen Front Persatuan Korea Utara, yang bertugas pada hubungan antarperbatasan, mengirimkan surat kepada Kantor Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, sehari setelah pejabat Korea Selatan menyebut tentara Korea Utara menewaskan seorang warga Korea Selatan sebelum menyiram jenazahnya dengan minyak dan membakarnya.
Surat itu datang seiring dengan Moon yang menghadapi tekanan politik yang intens akibat insiden tersebut, bertepatan dengan dorongan untuk memperbaharui kebijakan untuk menjalin hubungan dengan Korea Utara.
Dalam surat tersebut juga dikutip pernyataan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un yang mengatakan dirinya memohon maaf bahwa insiden itu mengecewakan publik Korea Selatan dan seharusnya tidak terjadi, demikian menurut keterangan penasihat keamanan Moon, Suh Hoon.
Para tentara menghujani lebih dari sepuluh kali tembakan kepada korban, seorang pejabat perikanan Korea Selatan yang sebelumnya dilaporkan hilang pekan ini, setelah ia tidak membuka identitasnya dan mencoba melarikan diri, kata Suh, mengutip isi surat.
Namun dalam surat itu juga disebutkan bahwa para tentara membakar alat apung yang digunakan korban--sesuai dengan panduan anti virus mereka--bukan tubuh korban sendiri.
"Para prajurit tidak dapat menemukan pelanggar batas wilayah itu dalam pencarian setelah melakukan penembakan, dan membakar alat apung sesuai langkah darurat nasional pencegahan penyakit," kata Suh, merujuk isi surat.
Sumber: Reuters
Baca juga: Tentara Korut membunuh pria Korsel, kemudian membakar mayatnya
Baca juga: Kim Jong Un minta pejabat antisipasi COVID-19 dan topan
Baca juga: Korut tingkatkan pencegahan COVID-19 terkait dugaan infeksi pertama
Pewarta: Suwanti
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2020