• Beranda
  • Berita
  • Tujuh wafat, IDI Aceh sebut 400 tenaga kesehatan positif COVID-19

Tujuh wafat, IDI Aceh sebut 400 tenaga kesehatan positif COVID-19

29 September 2020 18:35 WIB
Tujuh wafat, IDI Aceh sebut 400 tenaga kesehatan positif COVID-19
Sejumlah dokter bersama tenaga medis lainnya berdoa setelah melaksanakan shalat jenazah dokter spesialis paru yang positif COVID-19 saat pelepasan terakhir menggunakan mobil ambulans ke pemakaman di Rumah Sakit Umum Zainainal Abidin, Banda Aceh, Aceh, Selasa (29/9/2020). (FOTO ANTARA/Ampelsa)

Nakes kita yang positif COVID-19 400 orang di seluruh Aceh. Yang meninggal tujuh orang, lima dokter, satu perawat, dan satu tenaga laboratorium,

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh mencatat bahwa sekitar 400 tenaga kesehatan (nakes) di wilayah provinsi paling barat Indonesia itu terinfeksi positif COVID-19, tujuh di antaranya telah meninggal dunia.

"Nakes kita yang positif COVID-19 400 orang di seluruh Aceh. Yang meninggal tujuh orang, lima dokter, satu perawat, dan satu tenaga laboratorium," kata Ketua IDI Aceh dr Safrizal Rahman di Banda Aceh, Selasa.

Dia menjelaskan, tenaga kesehatan yang terinfeksi positif COVID-19 di Aceh terus bertambah. Hal itu disebabkan perlindungan terhadap tenaga kesehatan yang belum maksimal di setiap fasilitas kesehatan.

Disebutkannya bahwa jika diperhatikan tenaga kesehatan yang positif COVID-19 terus bertambah, di mana kematian mencapai tujuh orang, artinya ada peningkatan penularan yang sangat signifikan terhadap paramedis yang bertugas di lapangan.

"Permasalahan utama kalau saya perhatikan adalah standar fasilitas kesehatan, bagaimana memberikan perlindungan kepada tenaga medisnya agar terhindari dari penularan COVID-19," kata Safrizal.

Di samping itu, ia juga menyebutkan tenaga medis juga makhluk sosial yang harus bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, baik belanja pasar atau tempat-tempat keramaian lainnya sehingga juga memiliki risiko untuk tertular di luar waktu kerjanya.

"Jadi kemungkinan tertular dari tempat kerja dan dari luar tempat kerja, sehingga di rumah sakit perlu upaya perlindungan terhadap mereka dengan berbagai macam aturan saat menerima pasien-pasien," katanya.

IDI menyarankan agar seluruh fasilitas kesehatan yang menangani COVID-19 di daerah "Tanah Rencong" itu untuk membuat ruang darurat berupa tenda yang terpisah dari rumah sakit seperti halnya dilakukan RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh.

Tujuannya agar setiap pasien yang masuk ke rumah sakit terlebih dahulu dilakukan skrining di tenda penapisan tersebut guna mendeteksi pasien mengarah ke COVID-19 atau tidak.

"Ruang emergency tenda seperti di RSUD Zainoel Abidin. Jadi disitu dilakukan skrining awal dulu terhadap pasien, apapun penyakitnya, apakah dia ada mengarah ke COVID-19 atau tidak," demikian Safrizal Rahman.

Baca juga: IDI Aceh catat 200 tenaga medis terinfeksi COVID-19

Baca juga: IDI: Sudah tiga dokter meninggal dunia positif COVID-19 di Aceh

Baca juga: IDI Aceh sebut paramedis tangani COVID-19 belum terima insentif

Baca juga: IDI Aceh: Prosedur tetap pelayanan pasien di faskes perlu dievaluasi

Pewarta: Khalis Surry
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020