"Kami melakukan diskusi yang sangat baik tetapi sekarang kami harus pragmatis dan mendukung rakyat Belarusia dan kami akan melakukan yang terbaik, percayalah," kata Macron setelah pertemuan 45 menit di hotelnya di Vilnius, Selasa.
Belarus dilanda demonstrasi massal selama berminggu-minggu sejak pemimpin veteran Alexander Lukashenko dinyatakan sebagai pemenang mutlak dalam pemilihan presiden 9 Agustus, yang menurut penentangnya dicurangi.
Pihak berwenang telah menangkap ribuan orang, dan semua pemimpin oposisi utama sekarang dipenjara atau diasingkan.
Kandidat oposisi Sviatlana Tsikhounskaya melarikan diri ke negara tetangga, Lithuania, setelah pemilihan.
Dia telah bertemu dengan perdana menteri Lithuania, Norwegia, dan Polandia, tetapi Macron adalah pemimpin pertama negara kuat Barat yang bertemu dengannya.
"Macron telah berjanji untuk melakukan segalanya guna membantu negosiasi, (selama) krisis politik di negara kami, dan dia akan melakukan segalanya untuk membantu membebaskan semua tahanan politik," kata Tsikhounskaya.
Moskow telah menjelaskan bahwa pihaknya terus mendukung Lukashenko sebagai pemimpin sekutu terdekat Rusia. Barat harus menyeimbangkan simpatinya terhadap gerakan pro demokrasi dengan keengganannya memprovokasi Moskow.
Pada Senin (28/9), Macron mendesak otoritas Belarus untuk menghentikan penangkapan yang melanggar hukum, membebaskan para pengunjuk rasa yang ditahan secara sewenang-wenang, dan menghormati hasil pemilihan.
Sejauh ini, Uni Eropa tidak berhasil memberlakukan sanksi paling ringan yang diancamkannya terhadap Belarus, berupa daftar sekitar 40 pejabat yang akan terkena larangan perjalanan dan pembekuan aset.
Macron diharapkan pada Selasa diperkirakan mengunjungi pasukan Prancis yang bertugas sebagai bagian dari kelompok pertempuran NATO di kota Rukla di Lithuania.
Pemimpin Prancis itu telah mempromosikan dialog strategis dengan Rusia dan mengkritik NATO. Dia ingin menunjukkan kepada negara-negara Eropa timur bahwa Prancis tetap berkomitmen pada keamanan mereka.
Sumber: Reuters
Baca juga: Pemimpin oposisi Belarus bertemu Presiden Prancis
Baca juga: Belarus tuding negara Barat coba sebarkan kekacauan
Baca juga: Uni Eropa: Alexander Lukhashenko bukan presiden sah Belarus
Perayaan Hari Bastille dalam bayang-bayang krisis corona
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020