"Yang sering tidak terhitung itu misalnya minuman manis, kue-kue, keripik, kerupuk, ice cream, donat dan sebagainya," kata dia saat diskusi virtual yang dipantau di Jakarta, Rabu.
Menurut Dr Diana, masyarakat sering abai dan menganggap makanan yang mengandung karbohidrat kompleks lebih mudah memicu kegemukan.
Ia mengatakan contoh makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, di antaranya umbi-umbian, gandum, roti, kentang dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, ujar dia, masyarakat tanpa sadar sebenarnya lebih banyak mengonsumsi karbohidrat sederhana lalu lupa menghitung jumlah kadar karbohidrat yang masuk dalam tubuh.
Sebagai contoh kebiasaan sebagian orang Indonesia mengonsumsi kerupuk saat setiap makan. Padahal, kerupuk terbuat dari tepung yang mengandung karbohidrat.
Terkait sumber protein makanan, Dr Diana juga mengingatkan bahwa protein hewani dan nabati juga harus seimbang. Sebab, sebagian orang berpandangan bila telah mengonsumsi protein hewani abai dengan protein nabati.
Hal tersebut, terutama banyak terjadi bagi orang yang suka olahraga di pusat kebugaran, dimana banyak mengonsumsi telur untuk melatih otot-ototnya sementara tidak mengonsumsi protein nabati.
"Padahal tidak hanya telur, tetapi kita juga butuh protein dari nabati, misalnya tempe, tahu dan kacang-kacangan," ujar dia.
Baca juga: Rekomendasi asupan nutrisi sebelum dan setelah berolahraga
Selain itu, ia juga menyampaikan pentingnya mengonsumsi lemak tidak jenuh bagi kesehatan, di antaranya alpukat, kacang-kacangan, ikan dan lain sebagainya.
Baca juga: Karbohidrat terbaik agar berat badan Anda tak mudah naik
Sementara lemak jahat atau trans dan bisa membuat pembuluh darah mengeras harus dihindari. Contoh makanan yang mengandung lemak trans, yaitu coklat wafer, ice cream, burger, kentang goreng, pizza, ayam goreng dan lainnya.
Baca juga: Konsumsi gula dan karbohidrat berlebihan bisa rusak otak
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020