Gubernur Jawa Barat (Jabar) M Ridwan Kamil atau Kang Emil menjalani kunjungan keempat dalam uji klinis tahap tiga vaksin COVID-19 buatan Sinovac, China, di Puskesmas Garuda Kota Bandung, Rabu.tes darah ini tidak bisa hanya sekali akan dilanjutkan tes terakhir di Desember 2020
Selain Ridwan Kamil, tiga jajaran Forkopimda Jabar yaitu Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto, Kepala Kejati Jabar Ade Eddy Adhyaksa, dan Kapolda Jabar Irjen Pol Rudy Sufahriadi, juga menjalani kunjungan keempat itu.
Dalam kunjungan keempat tersebut Kang Emil dan jajaran Forkopimda Jabar menjalani pengambilan darah setelah dua pekan sebelumnya diimunisasi kedua di Puskesmas Garuda.
Baca juga: Pantau penanganan COVID-19, Ridwan Kamil akan berkantor di Depok
Kang Emil mengatakan kemungkinan besar dampak vaksin tersebut akan mulai terasa pada tahun 2022 karena pada 2021 proses pengetesan, eksperimen, produksi dan distribusi serta penyuntikan vaksin berlangsung.
Menurut dia, usai pengambilan darah yang pertama harusnya darah mereka bereaksi setelah dua minggu ini.
Ia berharap terjadi reaksi peningkatan antibodi sesuai yang diharapkan mendekati 90 persen sehingga bisa dikategorikan memiliki imunitas terhadap COVID-19.
Baca juga: Ridwan Kamil sebut penanganan COVID-19 di Jabar membaik
"Pengambilan tes darah ini tidak bisa hanya sekali akan dilanjutkan pengetesan terakhir di bulan Desember 2020. Sehingga di bulan Desember 2020 pengambilan darah itu akan dilakukan yang kedua dan final," kata dia.
Setelah itu akan diteliti kemungkinan hasil akhirnya dan pihaknya memohon doa kepada seluruh warga Jabar agar pengambilan darah pertama hasilnya bagus kemudian pengambilan darah kedua di Desember 2020 juga bagus mengkonfirmasi kesuksesan vaksin COVID-19.
Menurut Kang Emil, setelah bulan Desember 2020 akan ada dua kemungkinan karena prosedurnya setelah Desember itu masih ada 3 bulan sampai Maret 2021 untuk pengecekan dampak kesehatan dari peserta uji klinis vaksin.
Baca juga: Gubernur instruksikan Wagub Jabar tinjau banjir bandang di Sukabumi
"Namun karena urgensi dan 'emergency' COVID-19 ini luar biasa kemungkinan sampai Desember ada kesimpulan. Kalau kesimpulannya baik sambil berproses menuju Maret mungkin produksi vaksin yang kita lakukan bisa kita mulai di Biofarma," kata dia.
Pihaknya mengamati memang sudah ada merek vaksin COVID-19 lain tapi jumlahnya terbatas dan tidak diproduksi di dalam negeri sehingga ia memperkirakan dari semua yang ada ini, yang paling bisa diandalkan adalah yang diproduksi di Biofarma.
"Di dalam negeri dengan jumlah kapasitas sesuai kita harapkan, dengan sepuluh atau ratus juta dikali dua kali suntikan," kata dia.
Baca juga: Kang Emil minta warga beradaptasi terkait larangan masker scuba di KRL
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020