Kolaborasi ini menjadi bagian dari kampanye virtual #CaraBaruSalingJaga yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan mempersuasi masyarakat untuk mentaati protokol kesehatan di masa adaptasi kebiasaan baru.
Baca juga: Seberapa sering harus cuci masker kain?
Baca juga: Dokter sarankan perlu ada standarisasi bahan masker
"Kolaborasi sama aku, bekerja sama dengan yayasan Helping Hands, jadi mereka me-manage beberapa anak dan remaja penyandang disabilitas membuat masker bertema DKI Jakarta. Maskernya warna oranye, berbahan kain dengan motif Ondel-ondel," papar Nadhira dalam konferensi pers virtual Wardah, Rabu.
Dalam kolaborasi ini, sekitar 250 orang relawan terlibat membagikan masker ke orang-orang di sekitar wilayah tinggal mereka sembari memberikan edukasi terkait kondisi COVID-19 termasuk pentingnya menerapkan protokol kesehatan.
Targetnya, orang-orang yang belum paham dan belum mau menerapkan protokol kesehatan terutama memakai masker.
Dari sini, Nadhira mengaku upaya pemberian edukasi tak mudah. Di sisi lain, walaupun masker dibagikan gratis, tetapi tak semua orang serta merta menerima apalagi memakai masker saat itu juga.
"Lumayan challenging juga karena tidak semua orang langsung terima masker walaupun maskernya bagus dan gratis. Ada rasa reluctant juga untuk bisa menerima masker dan beneran mengaplikasikan waktu aku kasih," tutur perempuan lulusan Harvard University itu.
Baca juga: Alasan dokter tak rekomendasikan pakai masker scuba
Baca juga: Eiger hadirkan masker merah putih hingga "face shield" anti-embun
Baca juga: Masker dilapisi tisu dan dioleskan minyak esensial, perlukah?
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020