Mentan Syahrul optimistis bahwa dari luas tanam musim II tersebut, dapat menghasilkan produksi 12,5-15 juta ton setara beras yang nantinya akan memperkuat cadangan beras nasional.
"Di musim tanam II ini kita kejar pada areal-areal pertanian yang kita jamin ada irigasinya seluas 5,6 juta hektare. Kondisi musim tanam II saat ini sudah tertanam 87 persen, dan kami masih punya 4 bulan," kata Syahrul dalam webinar diselenggarakan di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Rakorpim Komite PEN, Mentan kejar produksi lahan 7,5 juta hektare
Syahrul menjelaskan bahwa stok beras pada akhir Juni 2020 mencapai 7,83 juta ton. Jika proyeksi beras pada musim tanam II mencapai 15 juta ton, stok beras akan bertambah menjadi sekitar 22 juta ton.
Ada pun kebutuhan konsumsi beras nasional hingga Desember mencapai 15 juta ton. Dengan begitu, stok beras hingga akhir Desember masih tersisa 7,1 juta ton, yang menjadi cadangan beras pada awal 2021.
Dalam kesempatan sebelumnya, Mentan mengingatkan bahwa proses produksi yang berjalan ini tentunya membutuhkan penyerapan beras secara masif agar kestabilan harga panen tetap terjaga.
Baca juga: Mentan perintahkan mekanisasi lahan food estate sebelum tanam perdana
Oleh karena itu, Pemerintah bersama dengan Perum Bulog, serta BUMN pangan lainnya, siap melakukan intervensi terhadap musim panen yang biasanya menyebabkan harga gabah menurun.
Untuk perkembangan komoditas pertanian yang lainnya seperti jagung, tanaman hortikultura, daging ayam dan telur, Mentan menjelaskan bahwa program telah sesuai harapan dan target perencanaan.
"Memang komoditas bawang putih, daging sapi, dan gula masih impor dan belum menjadi kemandirian pangan. Namun dalam prognosa yang ada, semua komoditas itu masih terkendala dengan baik," kata Mentan.
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020