Para migran Honduras, yang kebanyakan pria dan wanita muda yang membawa ransel dan anak-anak kecil, berangkat dari terminal bus di kota utara, San Pedro Sula, menuju perbatasan Guatemala, menurut berita televisi lokal.
"Saya berangkat bersama suami dan dua anak saya. Tidak ada pekerjaan di sini. Tidak ada yang bisa dilakukan, dan kalaupun kita mendapatkan pekerjaan, kita hanya akan mendapat empat dolar AS (sekitar Rp59.400) sehari," kata seorang wanita yang mengaku bernama Cristina, saat diwawancarai dalam program televisi lokal Hoy Mismo.
Kelompok warga yang berangkat pada Rabu itu merupakan iring-iringan pertama yang meninggalkan Honduras pada 2020, saat negara itu menderita penurunan ekonomi terburuk dalam sejarahnya setelah enam bulan pemberlakuan penguncian ketat dalam upaya memperlambat penyebaran virus corona baru.
Pada Oktober 2018, Presiden Amerika Serikat Donald Trump memerintahkan tentara dikerahkan ke perbatasan AS dengan Meksiko untuk membendung iring-iringan migran Amerika Tengah yang bergerak ke utara menuju Amerika Serikat.
Trump, yang mencela imigrasi tidak sah dalam kampanye kepresidenannya yang sukses pada 2016, mengklaim bahwa tentara diperlukan untuk mengamankan perbatasan AS dari para migran.
Namun, para kritikus mengatakan langkah itu adalah aksi politik menjelang pemilihan kongres AS pada November tahun itu.
Sumber: Reuters
Baca juga: Presiden Guatemala marahi AS karena deportasi migran positif COVID-19
Baca juga: Pemimpin Guatemala tolak terima migran Meksiko dari AS
Baca juga: Pejabat Mexico temukan 51 migran di dalam truk
Malaysia deportasi 242 Pekerja Migran Indonesia
Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020