Tentara mengajar sambil berjaga

1 Oktober 2020 17:04 WIB
Tentara mengajar sambil berjaga
Ilustrasi--Kapal perang TNI Angkatan Laut KRI Imam Bonjol saat berada di Pelabuhan Samudera Pase Internasional Krueng Geukueh, Dewantara, Aceh Utara, Provinsi Aceh, Rabu (27/1). (ANTARA FOTO/Rahmad)
Hari Ulang Tahun Tentara Nasional (TNI) ke-75 bakal jatuh pada tanggal 5 Oktober 2020 di mana sekitar 500.000 prajurit akan merayakannya dengan berbagai cara mulai dari upacara parade yang membanggakan seluruh rakyat hingga berbagai aksi sosial.

Namun, tak semua prajurit bisa merayakannya terutama akibat virus corona.

Sersan Satu TNI Angkatan Darat Saiful yang merupakan Bintara Pembina Desa (Babinsa) di Rejang Lebong, Bengkulu, harus mendatangi rakyat binaannya khususnya anak- anak yang mengalami kesulitan belajar akibat corona sehingga harus belajar secara daring.

Sambil mengenakan seragam militernya, Sertu Saiful harus mendatangi anak-anak asuhnya dengan berjalan kaki berkilo-kilometer. Dia harus berperan bagaikan seorang guru padahal bisa diperkirakan bahwa dia tidak dididik sebagai guru.

Baca juga: TNI di Poso gandeng masyarakat perkuat komunikasi sosial

Memang, untuk menjadi tentara yang hebat tidak hanya dibutuhkan otot yang kuat serta fisik yang mapan, tapi juga jiwa pengabdian yang luar biasa serta kesetiaan terhadap komandan dan rakyat tempat prajurit mengabdikan diri.

Komandan Komando Distrik Militer (Kodim ) Rejang Lebong Letnan Kolonel Sidik memuji kepatriotan anak buahnya itu. Sidik tentu berhak berpendapat agar kepatriotan bintaranya itu bisa ditiru.

               Bekerja keras

Masyarakat Jakarta sudah berbulan- bulan menyaksikan setiap harinya ratusan anggota TNI membanting tulang menyelamatkan ribuan korban virus corona baik yang dirawat hingga sembuh maupun yang akhirnya meninggal dunia.

Para tentara itu bekerja siang malam tanpa berhenti sehingga sulit diketahui para wartawan.

Sementara itu di tingkat nasional, Presiden Joko Widodo telah memerintahkan sejumlah jenderal untuk aktif memberantas virus corona yang mengakibatkan lebih dari 10.000 orang meninggal dunia.

Baca juga: KRI Badau-841 perkuat Pangkalan Utama TNI AL VI/Makassar

Jokowi telah memerintahkan KSAD Jenderal Andika Perkasa untuk memusatkan perhatiannya di berbagai daerah bersama Letjen Purnawirawan Luhut Binsar Pandjaitan yang jabatan resminya adalah Menko Kemaritiman dan Investasi untuk mengatasi corona di Kalimantan.

Sementara itu, Menteri Kesehatan adalah seorang mayor jenderal. Jokowi juga memerintahkan Menteri Pertahanan Letjen Purnawirawan Prabowo Subianto menyiapkan jutaan lahan di Kalimantan Tengah untuk “food estate”. Akan tetapi kepemilikan tanah bermasalah maka dipindah ke Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur dan Papua.

Jika di satu pihak keikutsertaan ribuan tentara mendapat pujian, maka lain ceritanya kasus penyerangan Markas Polsek Cirasas, Jakarta Timur. Kepala Pusat Polisi Militer (Puspom ) TNI Mayor Jenderal Eddy Muis pernah mengungkapkan bahwa anak buahnya sudah memeriksa kurang lebih 125 tentara.

Yang sangat memalukan adalah prajurit dari ketiga angkatan, yaitu AD, AL serta AU bersama-sama menyerang Mapolsek Ciracas tersebut. Dari125 terperiksa maka 66 orang di antaranya telah ditetapkan sebagai tersangka.

 
Prajurit TNI mengajar siswa SD diperbatasan Papua-Papua Nugini. (antaranews.com)
               

               Tantangan TNI

Karena TNI sudah berusia 75 tahun maka pertanyaannya adalah apa yang harus dilakukan ratusan ribu anggota TNI? Perang konvensional rasanya sudah tidak mungkin terjadi terutama karena rasanya tidak bakal terjadi pemberontakan demi pemberontakan. Kasus kekerasan di Poso, Sulawesi ditambah di Papua tentu diharapkan bakal ditumpas pada akhirnya.

Jadi tugas utama TNI menjaga kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta ini. Masyarakat masih saja mendengar pencurian ikan oleh beberapa negara seperti China dan Vietnam.

Walau sudah berulang kali dipergoki bahkan ditangkap hingga diadili, tindakan serupa tetap terulang kembali. Kemudian kapal perang dari berbagai negara masih saja menerobos perairan nasional sehingga harus diusir ke luar wilayah NKRI.

Jadi, tugas TNI AL bersama TNI AU dan juga AD masih sangat berat dan mulia. Karena itu, apa yang harus dilakukan Panglima TNI bersama pimpinan ketiga angkatan?

Baca juga: Prajurit TNI mengajar calistung di SD perbatasan RI--PNG

Rupanya pada tahun-tahun mendatang pembinaan sikap dan mental ratusan ribu tamtama dan bintara semakin diperhatikan karena mereka itu umumnya berusia di bawah 35 tahun sehingga seharusnya sadar bahwa dia masih “berdarah muda” sehingga gampang tersinggung jika dipelototi atau kendaraannya diserempet oleh orang lain.

Jadi, dengan pembinaan mental prajurit maka harusnya tak ada lagi pelanggaran hukum apa pun bentuknya.

Para prajurit seharusnya sadar bahwa perintah Joko Widodo kepada para pejabat tinggi berlatar belakang TNI adalah karena Presiden yakin bahwa mereka itu telah puluhan tahun dididik untuk tidak melawan atau kasarnya tidak membangkang kepada atasan apalagi Jokowi adalah pejabat sipil.

Karena presiden dipilih melalui pemilihan umum dan kemudian dilantik di depan sidang MPR maka dia adalah presiden yang konstitusional selama lima tahun.

Karena pada 9 Desember bakal dilaksanakan pemilihan sembilan gubernur, 224 bupati dan 37 wali kota maka TNI wajib mendukung pesta demokrasi itu.

Baca juga: 15 anggota TNI dan 22 warga sipil lakukan donor plasma konvalesen


Jadi, Panglima TNI --siapa pun orangnya -- bersama ketiga kepala staf angkatan harus benar- benar serius membicarakan postur TNI masa mendatang sehingga tak cuma memusatkan perhatian pada pengadaan alutsista.

Rakyat tentu sangat berharap semua prajurit tanpa terkecuali benar- benar mengabdi kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mereka tentu berhak menerima imbalan misalnya gaji yang tentu tidak disamakan dengan perusahaan swasta ataupun BUMN.

Lanjutkan pengabdian kepada NKRI dan rakyat sambil berharap senjatanya mulai dari pistol, senapan serbu dan M16 hingga kapal selam hingga pesawat tempur dan pembom di Tanah Air makin tersedia tanpa adanya korupsi.

*) Arnaz Firman, wartawan Antara tahun 1982- 2018. Meliput acara presiden tahun 1987- 2009

Pewarta: Arnaz Firman
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2020