• Beranda
  • Berita
  • Batik mengandung nilai budaya yang tidak dimiliki bangsa lain

Batik mengandung nilai budaya yang tidak dimiliki bangsa lain

2 Oktober 2020 16:26 WIB
Batik mengandung nilai budaya yang tidak dimiliki bangsa lain
Diskusi daring dalam rangka Hari Batik Nasional yang dipantau di Jakarta, Jumat. (ANTARA/Muhammad Zulfikar)
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI Restu Gunawan mengatakan batik mengandung nilai budaya yang tidak dimiliki oleh bangsa lain sehingga menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi Indonesia.

"Orang atau negara lain mungkin saja bisa mengklaim motifnya, tapi ketika menyangkut hubungannya dengan nilai budaya mereka tidak bisa," kata dia saat diskusi daring dalam rangka Hari Batik Nasional yang dipantau di Jakarta, Jumat.

Sebab, ujar Restu, batik merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang sudah ada sejak lahir. Hal itulah yang sama sekali tidak dimiliki oleh bangsa lain.

Meskipun demikian, untuk melindungi batik sebagai warisan masyarakat di Tanah Air, Kemendikbud terus mengupayakan dan mengembangkan dari segi undang-undang.

Baca juga: Batik Melayu Riau kekurangan penerus hanya dua perajin tersisa

Baca juga: BNI Syariah peringati Hari Batik dengan bagikan masker bermotif batik


Perlindungan tersebut mencakup segala nilai yang terkandung dalam batik misalnya motif maupun budaya yang ada. Kemudian termasuk pula upaya pengembangan dan pemanfaatan dalam jangka panjang.

Terakhir, selain mengupayakan perlindungan dari segi undang-undang, Kemendikbud juga melakukan pembinaan kepada sejumlah komunitas dalam merawat dan melestarikan batik di Indonesia.

Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Yayasan Tjanting Batik Nusantara Pheo M. Hutabarat mengatakan mengusung batik sebagai branding bangsa, maka semua pihak harus bisa menggelorakan masyarakat di Indonesia maupun dunia internasional agar mencintai batik.

"Mencintai batik sebenarnya langsung menjaga kelestarian batik," ujar dia.

Pada momen Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2 Oktober, Yayasan Tjanting Batik Nusantara berkomitmen melakukan kurasi batik langsung dari para perajin.

Dengan demikian, harapannya, masyarakat teredukasi dan secara tidak langsung roda perekonomian para perajin batik juga menggeliat.*

Baca juga: Batik Pagi-Sore disebut bagian dari "sustainable fashion"

Baca juga: Pesan Didiet Maulana di Hari Batik Nasional

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020