Komentar pria yang pernah berkeliling ke sejumlah daerah di Indonesia ini dibenarkan oleh temannya sesama orang Malaysia, Sabaruddin, yang pernah bekerja di Radio Televisi Malaysia (RTM) dan Bernama.
Soto atau orang Makassar menyebutnya coto adalah makanan khas Indonesia seperti sop yang terbuat dari kaldu daging dan sayuran. Daging yang paling sering digunakan untuk membuat soto adalah daging sapi dan ayam.
Warung Soto Lamongan yang biasa dipendekkan dengan singkatan Wasola tersebut saat ini menjadi ikon baru kuliner Indonesia di Jalan Raja Alang, Kawasan Kampung Baru, Kuala Lumpur, yang berdekatan dengan pasar tradisional Chow Kit.
Warga Indonesia yang tinggal di Kuala Lumpur mulai dari diplomat, profesional, pekerja dan ibu rumah tangga hingga warga Malaysia sendiri banyak yang singgah ke tempat itu sekedar untuk mencicipi, ingin tahu atau kangen kampung halaman.
Wakil Dubes RI di Kuala Lumpur, Agung Cahaya Sumirat, misalnya sudah beberapa kali singgah di Wasola di-sela-sela menjalani hobi-nya bersepeda setiap akhir pekan.
Tidak hanya menyajikan soto warung tersebut juga menjajakan aneka kuliner lain seperti sate kambing, sate ayam, pecel kembung, pecel lele, bakso dan pecel ayam, pecel bebek dan pecel nila.
"Andalan utama Wasola adalah soto Lamongan tetapi menu lain juga ada," ujar Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Malaysia (PCIM), Ali Fauzi, selaku pengelola Wasola.
Di daerah ini sebelumnya sudah berdiri sejumlah warung dan rumah makan dengan menu Indonesia seperti Rumah Makan Padang Garuda, Rumah Makan Rose yang menjual masakan Medan kemudian di seberang jalan ada Rumah Makan Wong Solo dekat Hospital Al-Islam.
Kehadiran Wasola menambah pilihan menu Soto Lamongan yang sebelumnya sudah berdiri di sekitar Pasar Chow Kit yakni Warung Sunan Drajat milik Haji Nasikin salah satu pengurus PCINU Malaysia.
Sedangkan Wasola yang diresmikan pada Agustus lalu pendiriannya diinisiasi oleh Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PCIM Malaysia.
Peresmiannya dilakukan oleh Bupati Lamongan Provinsi Jawa Timur, H. Fadeli, SH, MM dan Ketua Pimpinan Daerah Lamongan (PDM), Ustadz Sodikin secara daring atau online dalam suasana pandemik COVID-19 yang melanda dunia.
Peresmian turut dihadiri Ketua PCIM Malaysia, Assoc Prof Dr Sonny Zulhuda beserta pimpinan harian, pengurus Aisyiyah, IMM Malaysia, perwakilan ranting, Atase Politik KBRI Kuala Lumpur, Agus Badrul Jamal, Atase Protokol dan Konsuler, Rijal Al Huda dan sejumlah undangan warga negara Malaysia.
Baca juga: Festival Jengkol Indonesia gaet UKM Singapura, Malaysia
Diplomasi kuliner
Diplomasi kuliner merupakan bagian dari diplomasi publik yang juga tergolong dalam soft diplomacy. Dengan menggunakan kuliner dalam diplomasi dapat menguntungkan negara untuk mempromosikan kuliner yang ada di setiap negara tersebut.
Istilah diplomasi kuliner pertama kali diungkapkan oleh Paul S Rockower, seorang gastronom lulusan University of Southern California, yang kini bekerja sebagai seorang konsultan internasional, yang membantu negara-negara untuk membuat sebuah merek kuliner bangsa yang efektif.
Atase Politik KBRI Kuala Lumpur, Agus Badrul Jamal dalam sambutan peresmian mengharapkan agar Wasola menjadi warung yang berkah dalam menggerakkan ekonomi persyarikatan Muhammadiyah yang ada di Malaysia.
"Hari ini sama-sama kita saksikan bagaimana PCIM menggerakkan perekonomian dalam bidang ekonomi. Kami dari KBRI Kuala Lumpur menyambut baik inisiatif dan usaha-usaha yang dirintis Muhammadiyah dalam rangka membantu menggerakkan roda perekonomian persyarikatan," katanya.
Diplomat alumni HI UGM tersebut mengharapkan keberadaan Wasola bisa untuk membangun jiwa kewirausahaan dan menjadi sarana wisata kuliner serta diplomasi kuliner di Malaysia.
Pendapat senada disampaikan Bupati Lamongan Provinsi Jawa Timur, H. Fadeli, SH, MM yang sudah beberapa kali menemui warganya di Kuala Lumpur.
Pihaknya merasa bangga bahwa salah satu upaya untuk memperkenalkan Indonesia khususnya Lamongan di kancah internasional dapat terwujud.
"Saya pernah ke beberapa negara seperti di Eropa, Inggris, Jerman, di Timur Tengah seperti Arab Saudi, dan juga ke Amerika Serikat. Banyak restoran-restoran ala Indonesia, dan tentunya diantaranya banyak masakan soto, seperti soto Lamongan," katanya.
Fadeli mengucapkan terimakasih kepada PCIM Malaysia yang mempunyai ide-ide cemerlang yang mengembangkan amal usaha Muhammadiyah dengan mendirikan Warung Soto Lamongan.
"Warung Soto Lamongan ini harus berkembang di seluruh kota-kota besar di Malaysia dan agar dapat menjadi contoh bagi PCIM di seluruh dunia," katanya.
Dia mengharapkan tidak hanya soto lamongan, namun juga bisa memperkenalkan tahu campur, nasi boran dan juga kuliner-kuliner lainnya yang pastinya digemari oleh masyarakat dunia.
Sedangkan Ketua Pimpinan Daerah Lamongan (PDM), Ustadz Sodikin mengharapkan pendirian warung tersebut diharapkan bukan yang terakhir tetapi akan dilanjutkan dengan warung kedua, ketiga dan selanjutnya.
Baca juga: Perusahaan kuliner Bandung jajaki pasar Malaysia
Amal usaha bisnis
Dalam pandangan Ketua PCIM Malaysia, Assoc Prof Dr Sonny Zulhuda pembukaan Wasola merupakan saat yang bersejarah bagi Muhammadiyah di Malaysia.
Pembukaan amal usaha ini berlangsung pada saat organisasi keagamaan ini tengah pula merintis pendirian Universitas Muhammadiyah Antarbangsa Malaysia di Negara Bagian Perlis negeri jiran tersebut.
"Idenya ini sudah lama. Dalam DNA kita tidak lepas dari gerakan pemberdayaan, gerakan pembebasan, menggembirakan dan mencerahkan. Semua ini terkumpul dalam visi dan misi kita dalam menjalankan kegiatan Muhammadiyah," katanya.
Dosen IIUM ini mengatakan pendirian Wasola merupakan amal usaha pertama kali yang berdiri di luar negeri secara proper atau secara formal yang terbentuk terutama di Malaysia dalam bentuk amal usaha bisnis.
Sejalan dengan era digital pemasaran aneka kuliner di tempat ini juga sudah memanfaatkan aplikasi digital Grab Food sehingga siapapun bisa memesannya sepanjang dalam jangkauan secara mudah.
"Saya dalam sehari kemarin sudah repeat order dua kali," ujar Medria, seorang ibu rumah tangga bersuamikan profesional asal Batak yang saat ini bekerja di perusahaan perminyakan ternama Malaysia, Petronas.*
Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020