"Program ini merupakan perluasan program pelatihan UMKM digital sebagai wujud dan komitmen pemerintah dalam memajukan, memperkuat dan memberdayakan mitra UMKM dan ultra mikro di Tanah Air," ujar Menteri Kominfo Johnny G. Plate, dalam acara peluncuran virtual, Senin.
Salah satu tugas pokok Kominfo adalah memastikan terselenggaranya pembangunan infrastruktur telekomunikasi.
Sebagai gambaran, infrastruktur internet 4G di Indonesia masih terdapat 12.548 desa dan kelurahan yang perlu dilengkapi dengan kehadiran sinyal 4G setidaknya selambat-lambatnya pada 2022, yang sudah ada dalam pipeline Kementerian Kominfo.
Di saat bersamaan, Kominfo juga menargetkan peluncuran satelit multifungsi High Throughput Satelite, Satelit Indonesia Raya atau Satelit Satria Satu yang diharapkan bisa diletakkan di orbit selambat-lambatnya pada Q3 2023.
Baca juga: BAKTI Kominfo dan Ruangguru latih ratusan guru di daerah 3T
Baca juga: Solusi IoT berkembang pesat di masa 5G
Kehadiran satelit tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan layanan 150.000 layanan publik dari 500.000 titik layanan publik yang ada di Indonesia.
Sementara, di masa pandemi, BAKTI Kominfo telah menghadirkan akses internet di lebih dari 7.634 titik, yang disediakan secara gratis.
Seluruh agenda yang kebijakan Kominfo tersebut selaras dengan arahan Presiden RI Joko Widodo yang berkaitan dengan transformasi digital di Indonesia.
"Agenda perluasan pembangunan infrastruktur telekomunikasi tersebut tentu harus dibarengi dengan kesiapan masyarakat untuk memanfaatkan akses internet tersebut secara baik," ujar Menkominfo.
"Di titik inilah program pelatihan digital UMKM ultra mikro BAKTI mengambil peran untuk memberdayakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, khususnya pelaku usaha menengah kecil dan ultra mikro, untuk dapat memanfaatkan infrastruktur telekomunikasi secara optimal," dia melanjutkan.
Menteri Johnny menekankan bahwa UMKM dan ultra mikro memiliki kontribusi yang cukup signifikan kepada perekonomian Indonesia. Sumbangsih atau kontribusi UMKM dan ultra mikro terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada kisaran lebih dari 60 persen.
Namun, dengan adanya pandemi COVID-19 tidak sedikit pegiat usaha terdampak oleh pembatasan fisik dan sosial, karena masih berbasis pada usaha konvensional atau offline yang dilakukan dengan pendekatan secara fisik.
Di saat bersamaan, aktivitas perekonomian digital justru meningkat pesat, di mana pada April 2020 penjualan daring meningkat 480 persen dibandingkan pada Januari 2020.
"Sedikit lebih dari satu kuartal peningkatannya luar biasa besarnya," ujar Johnny.
Merespons peluang tersebut, Johnny mengatakan pemerintah terus mengupayakan pendampingan ultra mikro untuk perluasan aktivitas bisnis ke ruang-ruang digital yang disebut digital on boarding.
"Aspek ini perlu dioptimalkan, mengingat UMKM ultra mikro go online baru menyentuh sekitar 14,6 persen atau setara dengan 9,4 juta dari jumlah UMKM ultra mikro secara nasional, sekitar 64 juta seluruhnya," kata Menkominfo.
Baca juga: Kominfo terus dorong percepatan transformasi digital
Baca juga: Pembangunan infrastruktur TIK Mandalika jadi fokus pemerintah
Berdayakan UMKM
Program UMKM digital BAKTI merupakan program pendampingan bagi UMKM untuk melakukan on boarding, khususnya yang berada di luar pulau Jawa terutama di wilayah Tertinggal, Terluar dan Terdepan (3T) dan daerah pariwisata super prioritas, yang saat ini ada lima destinasi super prioritas yang menjadi titik perhatian pemerintah.
Program ini merupakan bagian dari gerakan nasional Bangga Buatan Indonesia dengan durasi program selama 2,5 bulan yang didukung oleh kurikulum dengan 60 modul pilihan.
Program ini adalah bentuk intensifikasi kegiatan pendampingan yang umumnya dilakukan hanya dalam 3-7 hari pelatihan.
"Khusus untuk 60 modul ini pendampingan diberikan 2,5 bulan, karenanya kita harap hasil dari pendampingan ini tentu akan meningkatkan peran on boarding UMKM dan ultra mikro Indonesia," ujar Menteri Johnny.
Program ini akan diikuti oleh sekitar 2.000 UMKM dan ultra mikro, baik di level on boarding, masuk ke bisnis digital, maupun upscaling atau pengembangan bisnis di ruang digital.
Melalui program ini peserta diharapkan dapat memaksimalkan karakteristik dan keunikan perekonomian lokal di kawasannya sebagai nilai tambah untuk mengembangkan usahanya.
Program ini juga memberikan perhatian kondisi UMKM ultra mikro yang beragam. Bagi UMKM ultra mikro yang masih dalam tahap awal akan diarahkan ke dalam program prioritas lokal untuk dapat siap bersaing di wilayah setempat.
Sedangkan UMKM ultra mikro lokal yang sudah dinilai kuat akan diarahkan dalam program prioritas nasional agar dapat semakin melebarkan sayapnya di level nasional.
"Pendekatan pendampingan yang menyeluruh ini diperlukan agar para pegiat UMKM dan ultra mikro tidak hanya berhenti pada tahap on boarding saja, tapi memanfaatkan ruang digital secara lebih produktif hingga melakukan perluasan usaha atau yang disebut upscaling secara nasional maupun internasional," ujar Menteri Johnny.
"Lebih dari itu, Kami juga melihat pendekatan komprehensif ini dapat mendorong penguatan nilai tambah produk dalam negeri agar dapat bersaing dalam global value chain, rantai nilai global," Johnny menambahkan.
Baca juga: Kominfo gelar lomba jurnalistik bertema lawan COVID-19
Baca juga: Kominfo minta operator jaga kualitas jaringan bantuan kuota belajar
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020