Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengajak perguruan tinggi di Tanah Air mendirikan laboratorium wirausaha sebagai upaya mencetak lebih banyak pengusaha muda dari kalangan mahasiswa.Para anak muda juga harus bisa mengubah pola pikir, dari mencari pekerjaan menjadi menciptakan lapangan pekerjaan
"Dengan cara menjadikan entrepreneurship sebagai program studi kewirausahaan, juga mendirikan laboratorium atau inkubator kewirausahaan," kata Teten dalam acara webinar dengan tema "Peran Perguruan Tinggi Membangun Jiwa Wirausaha" yang diselenggarakan oleh Universitas Ma'soem di Jakarta, Senin.
Baca juga: Teten siapkan model bisnis koperasi mirip korporasi
Ia menekankan peran penting perguruan tinggi untuk memotivasi dan membangun jiwa wirausaha sejak dini kepada mahasiswanya.
Sebab, menurut Teten, perguruan tinggi tidak hanya berkewajiban menyediakan tenaga terdidik dan terampil untuk dunia usaha, tetapi juga menghasilkan para pengusaha muda.
Teten mengatakan rasio kewirausahaan Indonesia baru 3,47 persen berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2018.
Rasio kewirausahaan Indonesia tersebut dinilai rendah bila dibandingkan dengan sesama negara ASEAN, seperti Singapura yang mencapai 8,76 persen, Thailand 4,26 persen, serta Malaysia 4,74 persen.
"Di sisi lain, mayoritas orang Indonesia masih cenderung berpihak pada financial security atau hidup aman, padahal Profesor Kirzner menyampaikan, jika suatu negara ingin maju, jumlah entrepreneur-nya harus banyak. Entrepreneurship is the driving force behind economic growth," katanya.
Pemerintah telah melakukan upaya berkelanjutan untuk mendukung peningkatan kewirausahaan melalui berbagai pelatihan kewirausahaan dan juga vokasi, terutama pelatihan yang menyentuh teknologi dan digitalisasi, kemitraan, dan juga pendampingan.
"Dengan bantuan teknologi, kami berharap mahasiswa maupun anak muda dapat memanfaatkan teknologi informasi (IT) untuk peningkatan usahanya, melalui akses pemasaran dan juga permodalan," ujar Teten.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran terbuka pada Agustus 2019 berjumlah 7,05 juta orang, dengan lulusan sarjana sebesar 5,67 persen atau hampir 400 ribu lulusan sarjana menganggur.
Untuk mengatasi hal itu, perguruan tinggi diminta menerapkan pola pembelajaran kewirausahaan yang konkrit berdasarkan masukan empiris untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan yang bermakna, agar dapat mendorong semangat mahasiswa untuk berwirausaha.
"Dengan meningkatnya wirausahawan dari kalangan sarjana, diharapkan dapat mengurangi pertambahan jumlah pengangguran, bahkan menambah jumlah lapangan pekerjaan," kata Teten.
Menurut dia, berbagai tantangan zaman ini harus bisa direspons dengan positif.
Ia optimistis karena mahasiswa yang pemikirannya masih segar memiliki kreativitas dan daya inovasi lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya, ditunjang dengan berbagai kelebihan, seperti memiliki akses jaringan dan keterampilan kekinian (digital skill) yang tidak didapatkan oleh generasi sebelumnya.
"Pada era globalisasi seperti saat ini, persaingan pasar kerja semakin ketat, oleh karena itu, para anak muda juga harus bisa mengubah pola pikir, dari mencari pekerjaan menjadi menciptakan lapangan pekerjaan," kata Teten.
Baca juga: Teten ajak UMKM pahami tren pasar global
Baca juga: Kemenkop UKM-BKPM teken MoU kembangkan koperasi dan UMKM
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020