Dia menegaskan kenyataannya banyak tokoh asal Minang yang terlibat aktif dalam upaya-upaya kemerdekaan.
"Misalnya saja, Moh. Hatta, Moh. Yamin dan KH. Agus Salim. Ketiganya merupakan orang-orang asal Sumatera Barat yang terlibat aktif melahirkan Dasar dan Ideologi Pancasila," tegas Hidayat dalam siaran pers di Jakarta, Selasa.
Pernyataan itu disampaikan Hidayat secara daring, saat menjadi narasumber pada acara Sosialisasi Empat Pilar, kerjasama MPR RI dengan Yayasan Mutiara Quran Minangkabau (MQM).
Baca juga: Hidayat Nur Wahid: Tidak sulit pahami dan laksanakan Pancasila
Acara tersebut berlangsung di Aula Hotel Pagaruyung Kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat, Senin (5/10) dan turut dihadiri anggota MPR Fraksi PKS Sidi Hermanto Tanjung.
Menurut Hidayat, pihak-pihak yang meragukan kecintaan warga Minang terhadap Pancasila sebagai orang yang kurang membaca sejarah. Karena itu, agar tidak menimbulkan keresahan baru, Wakil Ketua MPR mengajak mereka untuk mempelajari peran dan kiprah orang Minang dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
“Moh. Yamin dan KH. Agus Salim merupakan anggota Kelompok Sembilan yang diketuai Bung Karno dan menghasilkan Pancasila 22 Juni. Pancasila 22 Juni adalah hasil kompromi antara kelompok agamis dan nasionalis dalam menentukan dasar dan ideologi negara,” kata Hidayat Nur Wahid.
Sedangkan Moh. Hatta adalah tokoh yang menerima keberatan masyarakat Indonesia Timur terkait bunyi sila pertama Pancasila 22 Juni atau yang biasa disebut Piagam Jakarta.
Bahkan, kata dia, Moh. Hatta juga lah yang mengajak diskusi tokoh-tokoh Islam, untuk membahas keberatan masyarakat Indonesia Timur. Dari hasil diskusi itu maka lahirlah Pancasila 18 Agustus yang dipakai hingga saat ini.
Selain itu, kata Hidayat ada juga tokoh Minang yang berjasa mengembalikan NKRI seperti yang dicita-citakan Proklamasi 17 Agustus 1945. Dia adalah M. Natsir Ketua Fraksi Partai Masyumi DPR RIS.
Berkat Mosi Integral M. Natsir yang disampaikan dihadapan sidang paripurna DPR RIS pada 3 April 1950, NKRI disepakati untuk kembali digunakan, menggantikan Republik Indonesia Serikat.
Adapun menjelang Pilkada serentak 9 Desember 2020, Hidayat mengingatkan, Indonesia menyatakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 bukan untuk menyengsarakan rakyatnya.
Karena itu Hidayat mengajak bangsa Indonesia untuk tidak menjual murah kedaulatan yang dimiliki.
"Jangan sampai hak suara milik masyarakat di tukar dengan sembako atau iming-iming uang lainnya. Pilihlah pemimpin terbaik, diantara calon-calon yang ada. Jangan menggadaikan kedaulatan kita kepada pemimpin yang tidak amanah, karena potensi kerugiannya sangat besar. Jadi jangan memubazirkan hak pilih yang dimiliki. Dan, jangan pula menimbulkan klaster COVID-19 di lingkungan kita,” kata Hidayat.
Baca juga: HNW usulkan kenaikan anggaran Kementerian PPPA
Baca juga: HNW usulkan DPR bentuk Panja perusakan rumah ibadah
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2020