Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bengkulu menetapkan status siaga setelah empat daerah di provinsi itu mengalami bencana banjir beberapa hari lalu.Sekarang statusnya siaga, kalau status tanggap darurat kewenangan kepala daerah
Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bengkulu Rusdi Bakar mengatakan empat daerah yang mengalami banjir yakni Kota Bengkulu, Kabupaten Seluma, Kabupaten Lebong dan Kabupaten Bengkulu Utara.
"Sekarang statusnya masih siaga, kalau peningkatan status tanggap darurat itu kewenangan kepala daerah masing-masing dan untuk menetapkan itu tentu ada kajian-kajian," kata Rusdi Bakar di Bengkulu, Selasa.
Baca juga: 37 rumah warga Kabupaten Seluma rusak diterjang banjir bandang
Menurutnya, hampir seluruh daerah di Bengkulu berpotensi mengalami banjir dan tanah longsor, terlebih pada bulan Oktober hingga Desember di mana curah hujan meningkat.
Meski begitu, ia memastikan persediaan bahan makanan untuk tanggap bencana masih cukup dan telah didistribusikan ke seluruh BPBD kabupaten dan kota di Bengkulu.
"Curah hujan di Bengkulu pada Oktober hingga Desember itu termasuk tertinggi, jadi potensi terjadinya banjir itu ada di seluruh daerah," paparnya.
Baca juga: Kerugian akibat banjir bandang mencapai Rp3,8 miliar
Rusdi menyebut saat ini masih ada warga yang berada di pengungsian, khususnya warga di Kabupaten Seluma setelah banjir bandang menerjang daerah itu Senin (5/10) malam.
Namun Rusdi mengaku belum dapat memastikan jumlah korban terdampak bencana banjir tersebut sebab ia masih menunggu laporan dari BPBD kabupaten.
Sementara itu, Koordinator Tanggap Darurat Bencana Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Bengkulu MS Akhiry menyebut saat ini sebanyak 133 jiwa mengungsi setelah banjir bandang menerjang Desa Air Keruh, Kecamatan Ulu Talo, Kabupaten Seluma, Bengkulu.
Baca juga: BNPB: Enam desa di Kabupaten Seluma terendam banjir
Menurut dia, banjir bandang itu mengakibatkan 37 rumah rusak, dua jembatan gantung putus dan tiga bangunan fasilitas umum rusak, termasuk kantor desa setempat.
"Sekarang 133 jiwa itu mengungsi di rumah-rumah warga yang trumahnya tidak rusak dan dari 37 rumah itu ada lima rumah yang rusak berat dan satu rumah hanyut terseret arus banjir," jelas Akhiry.
Baca juga: Jambi masuk awal musim hujan, BMKG imbau warga waspada dampaknya
Ia menambahkan banjir bandang itu disebabkan meluapnya air sungai Air Keruh setelah diguyur hujan deras sejak Senin (5/10) malam.
Luapan air sungai itu menyebabkan ketinggian air di kawasan pemukiman warga mencapai satu hingga 1,5 meter.
"Sekarang air sudah surut dan warga dengan bergotong royong mulai membersihkan rumah-rumah mereka," kata Akhiry.
Baca juga: BMKG gelar latihan mitigasi hadapi tsunami "IOWave 2020"
Pewarta: Carminanda
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020