"Saya merasakan banget," kata CEO Men's Republic, Yasa Singgih, ketika ditanya soal penurunan daya beli masyarakat, saat acara virtual bersama Facebook Indonesia, Selasa (6/10).
Men's Republic, sejak lima tahun belakangan fokus menjual produk fesyen untuk laki-laki, tepatnya sepatu. Pelanggan mereka rata-rata berusia 18 hingga 24 tahun, dan tinggal di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
Baca juga: Kominfo luncurkan situs basis data UMKM Indonesia
Baca juga: Kominfo siapkan tiga program dukung UMKM selama pandemi
Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan kegiatan belajar dan bekerja dari rumah memukul penjualan mereka, meski pun Yasa tidak menyebutkan secara gamblang berapa besar penurunan yang mereka alami.
"Mereka mahasiswa, enggak kuliah, jadi, enggak beli sepatu lagi," kata Yasa.
Sementara itu, Lizzie Parra, pendiri merek kecantikan BLP Beauty, mengiyakan kondisi serupa, apalagi ia menyadari riasan atau make-up bukan menjadi kebutuhan utama.
"Semua pebisnis mirip, ya, kami, juga mengalami penurunan," kata Lizzie, pada acara yang sama.
Lizzie juga tidak menyampaikan seberapa besar penurunan penjualan yang ia alami karena situasi ekonomi yang sedang sulit ini, namun, sebagai gambaran, dia harus menutup enam tokonya karena PSBB.
"Toko tutup, berdampak sangat signifikan," kata Lizzie.
Dia memaklumi orang-orang saat ini harus mengatur prioritas kebutuhan, termasuk untuk membeli make-up.
"Mereka bukannya enggak butuh, tapi, (harus membuat) prioritas. Make-up ini termasuk tersier," kata Lizzie.
Yasa mengilustrasikan penurunan penjualan yang dialami Men's Republic melalui dua momen yang biasanya membantu mendongkrak penjualan mereka, yaitu Lebaran dan masuk sekolah.
"Dari kedua momen itu, penjualan turun drastis dibandingkan tahun lalu," kata Yasa.
Yasa masih menantikan momen lainnya untuk mendongkrak penjualan, Natal dan Tahun Baru, meski pun dia belum punya gambaran seperti apa situasi ekonomi nanti.
Baca juga: Kominfo luncurkan kampanye Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia
Baca juga: Luhut minta BPOM sederhanakan proses pencantuman logo produk Indonesia
Baca juga: Pemerintah luncurkan gerakan nasional belanja pengadaan untuk UMKM
Platform digital
Pelaku usaha seperti Yasa dan Lizzie harus pandai dan jeli mencermati situasi, agar bisnis tetap berjalan dan pelanggan tidak lari, meski pun untuk sementara waktu mereka tidak bisa berbelanja produk fesyen dan kecantikan.
Keduanya melihat satu-satunya cara yang memungkinkan dalam situasi seperti adalah dengan mengoptimalkan platform digital untuk membantu bisnis mereka.
Tren produk kecantikan di Indonesia sedang bersinar, terbukti dengan menjamurnya merek-merek lokal seperti BLP Beauty, yang terkenal dengan lini lipstik. Lizzie sudah mengambil ancang-ancang untuk semakin memperluas bisnisnya sejak tahun lalu, dia mengibaratkan pada 2019, mereka sudah berlari kencang agar bisa "terbang" tahun ini.
"Make-up saat itu lagi naik," kata Lizzie.
Bisnis BLP Beauty dan Men's Republic sejak awal memang besar di platform digital sehingga Lizzie dan Yasa tidak gagap ketika mereka harus sepenuhnya berjualan online di masa pandemi ini.
Sejak PSBB, merk Men's Republic harus menghentikan aktivitas promosi di pusat perbelanjaan.
"Kami terbiasa dengan kondisi ini (berjualan online). Mungkin kalau merek yang awalnya offline, mereka kaget harus pindah ke Instagram, belum ada tim, belum punya foto yang bagus," kata Yasa.
Selama pandemi ini, selain mengandalkan platform digital untuk berjualan produk, Yasa dan Lizzie juga giat membangun interaksi dengan pengikut dan konsumen mereka melalui dunia maya, termasuk rutin mengadakan siaran langsung (live).
"Banyak yang work from home, kami jadi lebih aktif di Instagram Live, Stories," kata Yasa.
Pelaku UMKM pun harus putar otak menghadirkan cara-cara yang kreatif untuk berinteraksi dengan pelanggan, agar mereka mendapatkan dukungan perasaan yang positif di masa sulit seperti ini, bukan hanya dipandang sebagai konsumen yang akan membeli produk.
"Warganet sekarang enggak suka dengan merek yang tidak peduli," kata Lizzie.
BLP Beauty selama ini memanfaatkan platform digital seperti Instagram sebagai etalase toko, katalog produk dan tempat mengakses konten seputar kecantikan. Mereka mengalami tantangan terbesar selama pandemi ini, yakni kenyataan bahwa orang tidak lagi memakai riasan karena di rumah saja, tidak bepergian.
Lizzie dan timnya berpikir keras untuk membuat konten yang berkaitan dengan kecantikan, misalnya memakai lipstik tidak melulu harus keluar rumah, namun, untuk memberikan perasaan yang positif ketika berada di rumah saja.
Dia akhirnya secara rutin membuat konten tentang tips memakai riasan untuk di rumah hingga di balik layar bagaimana tim BLP Beauty bekerja.
Lizzie juga pernah mengadakan live shopping beberapa waktu lalu, memberikan promosi terbatas melalui fitur siaran langsung di media sosial.
"Di situ (siaran langsung) kita juga bisa membagikan hal-hal yang positif supaya orang bisa sebentar lupa kekhawatirannya," kata Lizzie.
Adaptasi dunia digital
Katadata Insight Center pada Juni lalu mengeluarkan survei tentang kondisi UMKM di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, sekitar 60 persen usaha memasarkan bisnis mereka di media sosial.
Jika dilihat dari indeks kesiapan digital dalam skala 5, baru 3,6 yang siap masuk ke dunia digital. Skor kesiapan digital tertinggi berasal dari kelompok usia di bawah 30 tahun, sebanyak 3,72.
Pelaku UMKM di atas 40 tahun menduduki skor 3,56 dalam kesiapan digital.
Persoalan migrasi UMKM berjualan di ranah digital disikapi platform dengan serius, pimpinan Facebook Indonesia, Peter Lydian, menjelaskan mereka berkolaborasi dengan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perdagangan, memberikan pelatihan dasar tentang berjualan online kepada UMKM binaan kementerian tersebut, dalam program Akademi Instagram.
Beberapa waktu lalu, Instagram meluncurkan stiker "Gift Card" dan "Pesan Makanan", yang bisa langsung terhubung ke kurir instan, untuk mendukung UMKM lokal.
Di tataran pemerintahan, tidak lama setelah pandemi, pemerintah mengadakan kampanye Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, mendorong masyarakat membeli produk-produk lokal.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada Juli lalu mengumumkan tiga program untuk mendukung UMKM dan usaha ultra mikro (UMi), stimulus menghadapi pandemi virus corona.
Program pertama berupa Kewirausahaan Digital, bagian dari beasiswa Digital Talent Scholarship, pelatihan secara daring yang menargetkan 22.500 peserta.
Kedua, Kominfo mengadakan Scaling-Up UMKM/UMi, secara spesifik menyasar petani dan nelayan dalam pelatihan digital untuk pengembangan dan pendampingan usaha.
Terakhir, pelatihan bahasa Inggris dan pemasaran digital untuk UMKM dan UMi serta pelaku desa wisata di destinasi superprioritas.
Pandemi memang belum berakhir, UMKM masih harus mengatur strategi agar mereka tetap bisa bertahan.
Lizzie mengharapkan para pelaku UMKM, termasuk dia sendiri, terus bisa bertahan di masa sulit seperti ini.
"Semoga kita semua tetap bisa bertahan, tangkas dan waras. Itu yang penting," kata Lizzie.
Baca juga: Luhut ajak pemda gotong royong sukseskan Bangga Buatan Indonesia
Baca juga: Jurus jitu selamatkan UMKM dari ancaman resesi
Baca juga: Kolaborasi dibutuhkan untuk digitalisasi UMKM di kala pandemi
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020