Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Lingkungan Ruandha Agung Sugadirman mengatakan pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) gambut berperan penting dalam penurunan signifikan emisi gas rumah kaca Indonesia.paling utama dalam penurunan emisi gas rumah kaca adalah menjaga karhutla seminimal mungkin
"Kalau menurut hemat kami yang paling utama di dalam penurunan emisi gas rumah kaca adalah bagaimana kita bisa menjaga agar kebakaran hutan dan lahan seminimal mungkin," ujar Ruandha dalam konferensi pers virtual Festival Iklim 2020 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dipantau dari Jakarta pada Rabu.
Baca juga: BMKG peringatkan masih ada potensi karhutla di Pulau Jawa
Untuk mengurangi kebakaran hutan, terutama di lahan gambut, yang dapat menyumbang kenaikan emisi gas rumah kaca maka pemerintah sekarang tengah mencari solusi permanen bagaimana bisa menjaga lahan gambut agar tetap basah untuk tidak terbakar dengan mudah.
Upaya-upaya tersebut sedang dilakukan oleh segala pemangku kepentingan termasuk KLHK dan Badan Restorasi Gambut sehingga bisa menahan agar tidak terjadi kebakaran di lahan gambut.
Baca juga: Kebakaran terjadi di Taman Hutan Raya Sultan Adam Banjar Kalsel
"Terutama karena dari studi kami dari beberapa pengalaman terakhir, kalau kita berhasil menjaga hutan gambut kita tidak terbakar maka kita akan lebih mudah mencapai target NDC dengan mengurangi emisi gas rumah kaca yang sangat signifikan," kata Ruandha.
Inventarisasi KLHK sendiri menunjukkan tren emisi gas rumah kaca Indonesia fluktuatif dan cenderung meningkat setiap tahunnya dari 2000-2018.
Baca juga: BPBD Sumsel pantau perkembangan titik panas cegah karhutla
Berdasarkan tabel inventarisasi emisi GRK nasional dalam periode tersebut, sektor energi dan kehutanan serta penggunaan lahan menjadi penyumbang emisi terbesar di Indonesia.
Indonesia sebelumnya telah meratifikasi Perjanjian Paris pada 2016 dan memiliki komitmen memenuhi Nationally Determined Contribution (NDC) yaitu target penurunan emisi hingga 2030 sebesar 29 persen dari bussiness as usual (BAU) dengan upaya sendiri dan 41 persen dengan bantuan internasional.
Baca juga: Brigdalkarhutla padamkan api di Taman Nasional Baluran dan Berau
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020