Wali Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur Tri Rismaharini membahas pemukiman layak di tengah pandemi COVID-19 dalam sejumlah pertemuan virtual berskala internasional dalam rangka memperingati Hari Habitat Dunia atau World Habitat Day 2020 di Surabaya.Kami tidak pernah memiliki konsep menghancurkan permukiman informal untuk memberi jalan bagi pembangunan baru
Wali Kota Risma di Surabaya, Rabu, menjelaskan beberapa persoalan kota yang berhasil ditangani bersama-sama mulai dari persoalan pemukiman, pertumbuhan ekonomi, permasalahan lingkungan hingga program yang digagasnya yakni urban farming.
Mengatasi masalah pemukiman yang kumuh, menjadi salah satu perhatian Wali Kota Risma.
Baca juga: Presiden Jokowi tekankan pentingnya penyediaan rumah layak huni
"Mungkin dengan mudah kita dapat berpikir untuk dibongkar atau direlokasi. Tapi nyatanya kita tidak bisa mengabaikan keberadaan manusia di sana," kata Wali Kota Risma.
Diketahui pertemuan virtual berskala internasional yang digelar pada Selasa (6/10) malam itu diikuti lebih dari 300 peserta dari 91 negara. Pertemuan itu terbagi menjadi tiga sesi dengan topik pembahasan yang beragam di antaranya membahas tentang Peluncuran Platform Urban Agenda, Menanggapi Pemulihan Ekonomi yang Tangguh, Inklusif di Pemukiman Informal dan Pemukiman di Tengah Pandemi COVID-19.
Baca juga: Sebanyak 300 rumah tidak layak huni di Demak dibedah
Risma menjelaskan yang dilakukan di Kota Surabaya adalah melihat kawasan kumuh atau pemukiman sebagai sektor yang tidak mengganggu perkembangan kota.
Menurutnya, justru sebaliknya jika hal itu dapat ditata dengan baik, maka warga yang ada di kawasan tersebut akan berkontribusi pada perkembangan kota serta membuat kota lebih tangguh.
Baca juga: Unsyiah bangun rumah layak huni untuk keluarga kurang mampu
"Saat masterplan Surabaya disusun, puluhan tahun lalu bahwa pemerintah kota (pemkot) sepakat kawasan kampung terutama yang letaknya di bagian kota harus dilindungi sebagai cagar budaya kota," katanya.
Berpedoman pada hal itu, Risma semakin membulatkan tekadnya untuk tidak menghilangkan permukiman informal dan memberi jalan bagi pembangunan baru.
"Kami tidak pernah memiliki konsep menghancurkan permukiman informal untuk memberi jalan bagi pembangunan baru," katanya.
Berangkat dari perspektif tersebut, kata dia, Pemkot Surabaya membuat sejumlah proyek untuk menata kota mulai dari peremajaan kawasan, peningkatan infrastruktur, pelayanan dasar termasuk jalan, drainase, sanitasi, dan menyusun perencanaan melibatkan warga yang tinggal di kawasan tersebut.
"Setelah itu, kami mengedukasi mereka tentang pentingnya kebersihan, keindahan, dan tempat tinggal yang nyaman," katanya.
Setelah melihat upaya tersebut berhasil, kata Risma, langkah berikutnya dalam membangun kota adalah meningkatkan ekonomi masyarakat. Terutama dalam menggerakkan perekonomian keluarga dengan mengaktifkan para ibu rumah tangga. Dalam hal ini, pemerintah memberikan pelatihan di bidang usaha secara gratis tanpa dipungut biaya sepeserpun.
"Sekarang manfaatnya sudah nyata. kita mencatat peningkatan ekonomi masyarakat setempat, seiring dengan peningkatan daya beli mereka," kata dia.
Dengan bertambahnya pendapatan mereka, alhasil sebagian besar dari warga telah memperbaiki rumah atau tempat tinggalnya menjadi lebih layak huni.
Bahkan, Risma mengaku, mereka tidak hanya memperbaiki rumahnya saja, tetapi juga ikut memperbaiki lingkungan sekitar termasuk jalan di depan rumah.
"Untuk orang-orang yang tinggal di sepanjang tepi sungai, kami membantu mereka untuk pindah ke rumah susun sewa murah dengan biaya hanya 5 USD per bulan," katanya.
Oleh sebab itu, Wali kota yang menjabat Presiden Belt Road Local Cooperation (BRLC) itu berharap dari pertemuan ini mendapatkan banyak pengetahuan baru dalam bidang pemukiman. Apalagi menurutnya pembahasan ini menjadi topik global yang cukup mendesak terutama saat masa pandemi.
"Memang tidak mudah bagi kami para pemimpin lokal. Perlu adanya strategi yang kuat dan inisiatif yang terencana dengan baik. Agar menjamin hak atas perumahan yang layak dapat mencerminkan keberadaan manusia di muka bumi,” ujar dia.
Sementara itu, Direktur Eksekutif UN Habitat Maimunah Mohd Sharif berterima kasih kepada semua negara dan kota yang tergabung dalam forum World Habitat Day ini, terutama Kota Surabaya yang telah menjadi tuan rumah.
Selain itu, ia mengungkapkan, saat ini banyak peserta yang telah berkomitmen untuk bekerja dalam kemitraan baik itu kota, pemerintah daerah, kelompok akar rumput serta sektor.
"Sektor swasta untuk mempercepat implementasi agenda perkotaan baru dan pencapaian Sustainable Development Goals (SDG)," kata dia.
Menurut dia, forum WHD ini merupakan kesempatan untuk bertukar ide, berbagi pengalaman, serta juga bekerja sama menemukan cara untuk meningkatkan solusi perkotaan. Apalagi tantangan perumahan saat ini lebih mendesak dibandingkan sebelumnya.
Terlebih, kata dia, tahun ini terdapat pandemi global COVID-19, dimana pemerintah harus memastikan setiap orang memiliki perumahan yang layak untuk melindungi keluarganya dari penyakit.
"Saya harap anda terus mengikuti webinar dan acara di negara anda sendiri untuk memperbarui hubungan dan komitmen menuju masa depan kota yang lebih baik," katanya.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2020