Bank Dunia pada Kamis mengatakan bahwa jutaan orang di Asia Selatan terdorong ke jurang kemiskinan ekstrim saat wilayah di mana seperempat umat manusia tinggal itu mengalami resesi terburuk yang pernah terjadi sebagai dampak dari pandemi virus corona.Ini menyiratkan bahwa kawasan itu akan mengalami peningkatan tajam dalam tingkat kemiskinan
Lembaga pemberi pinjaman multilateral itu memperkirakan rekor kontraksi ekonomi sebesar 7,7% untuk Asia Selatan tahun ini, dan mengatakan pekerja di sektor informal adalah kelompok yang paling terpukul. Bank Dunia juga melaporkan bahwa konsumsi swasta tidak mungkin pulih dengan cepat dari dampak itu.
"Dampak pada mata pencaharian bahkan akan lebih besar dari perkiraan yang diberikan oleh PDB ... Ini menyiratkan bahwa kawasan itu akan mengalami peningkatan tajam dalam tingkat kemiskinan," kata lembaga tersebut dalam laporan dua tahunannya.
India, ekonomi terbesar di kawasan itu, kemungkinan akan mengalami kontraksi ekonomi sebesar 9,5% tahun ini, kata laporan itu.
Laporan tersebut memperingatkan bahwa ekonomi Asia Selatan bisa berakhir lebih buruk dari perkiraan karena pandemi terus meningkat, yang membuat investor asing lebih waspada, dan membatasi kemampuan pemerintah untuk meningkatkan pengeluaran.
Hal itu pada akhirnya akan lebih membebani sistem perbankan yang sudah sangat terbebani dengan pinjaman buruk.
Dengan 6,84 juta orang terinfeksi, termasuk 105.000 tewas, beban kasus COVID-19 di India adalah yang kedua terberat setelah Amerika Serikat, meskipun negara itu berada di bawah penguncian ketat pada fase awal pandemi pada Maret.
Pakistan dan Bangladesh masing-masing melaporkan lebih dari 317.000 kasus, sementara negara-negara lain di kawasan ini memiliki total lebih dari 149.000 kasus.
Sumber: Reuters
Baca juga: Sri Mulyani: Kerugian dunia akibat COVID capai 15 triliun dolar AS
Baca juga: Ketua IMF ingatkan "pendakian panjang" menuju pemulihan ekonomi global
Pewarta: Gusti Nur Cahya Aryani
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020