Acara itu disiarkan melalui platform Zoom, kanal Youtube MAC UI serta kanal Youtube Budaya Maju Kemendikbud.
"Kegiatan ini merupakan rangkaian pagelaran seni kedua. Yang pertama telah berlangsung minggu lalu dengan tema Kesenian Dalupa - Nanggroe Aceh Darussalam," kata Kepala MAC UI Ngatawi Al-Zastrouw dalam siaran persnya, Sabtu.
Dalam acara malam nanti, akan hadir sejumlah apresiator seni randai yakni: dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, Dr. Lilik Tjahjandari; Sastrawan Minang dan dosen Filsafat, Damhuri Muhammad; dan pengamat seni Randai, Zulkifly.
Mereka nantinya membahas sejumlah hal mulai dari sejarah dan perkembangan seni Randai, bagaimana seni ini bertahan di tengah kepungan arus budaya, seni modern hingga strategi seni Randai tetap bisa menjadi sarana menjalankan dakwah Islam di tengah fenomena maraknya gerakan puritanisasi agama yang anti tradisi.
Baca juga: Musik randai "Siti Manggopoh" tampil meriah di Paris
Baca juga: Kemendikbud dan KITA Indonesia gelar lomba nyanyi dan cipta lagu anak
Di sisi lain, tujuan penyelenggaraan acara itu juga untuk menggali nilai-nilai kearifan lokal dan ajaran-ajaran luhur sekaligus memperkenalkan seni tradisional Randai kepada generasi milenial dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Randai merupakan kesenian tradisional rakyat yang memiliki dimensi spiritual dan berfungsi sebagai sarana dakwah, menyampaikan pesan dan ajaran Islam kepada masyarakat.
Randai menggabungkan berbagai unsur seni, seperti drama, tari, musik, sastra dan silat.
Terdapat dua unsur utama dalam seni Randai ini; pertama, unsur penceritaan (kaba) yang dipaparkan melalui gurindam, dendang dan lagu dengan diiringi oleh alat musik tradisional Minang seperti saluang, rebab, bansi, rebana dan lain-lain.
Unsur kedua, yakni laku dan gerak atau tari yang dibawakan melalui gelombang yang bersumber dari gerakan silat tradisi Minang dengan berbagai variasi sesuai dengan gaya silat di masing-masing daerah.
Beberapa sumber menyebut kesenian Randai terkait dengan media dakwah yang dilakukan oleh para penganut tarekat Naqsabandiyah. Pendapat itu merujuk pada galombang atau gerakan-gerakan tari dalam Randai mirip dengan gerakan ritual kaum Naqsabandiyah.
"Melalui event ini diharapkan masyarakat tidak saja bisa menikmati hiburan pagelaran seni, tetapi juga bisa mengenal khazanah seni budaya bangsa beserta nilai-nilai dan kearifan lokal yang ada di dalamnya. Dengan demikian, pagelaran ini bukan semata-mata hiburan tetapi juga sebagai media edukasi," demikian kata Ngatawi.
Baca juga: Kemendikbud tawarkan layanan museum digital
Baca juga: Tarian Minang meriahkan Lund Kulturnatten 2020 di Swedia
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020