Sejauh mata memandang, sejumlah rumah yang berada di pinggiran jalan menuju masjid menjajakan aneka makanan dan minuman yang menggugah selera, Jumat (9/10) siang.
Ada aneka gorengan dilengkapi lontong, bubur kacang hijau, kolak, bubur candil yang menggiurkan, minuman jus warna-warni pelepas dahaga, mihun dan mi goreng yang siap disantap
Potongan semangka dengan warna merah menyala menggoda, teh es yang nikmat, bir pletok yang bikin badan terasa hangat, ditambah pisang bertandan digantung seperti pesta hajatan.
Seorang warga yang hendak menunaikan shalat singgah sebentar, selagi adzan masih berkumandang, lalu menanyakan kepada ibu rumah tangga.
"Apakah ini dijual?," tanya pria berpakaian batik lengan panjang.
Ibu yang rumahnya selangkah dari masjid itu lantas menjawab bahwa semua makanan yang tersaji di depan rumahnya gratis. Juga boleh dimakan atau dibawa pulang.
Tapi makanan tersebut kata si ibu, hanya bisa dimakan setelah Shalat Jumat. Seluruh jamaah masjid dan warga bisa makan sepuasnya.
"Biasanya pada makan setelah Shalat Jumat," kata Sari Oktari (40) dengan ramah.
Sejurus kemudian pemuda itupun melanjutkan langkahnya bergegas menuju masjid untuk menunaikan Shalat Jumat. Dia berniat kembali untuk mencicipi makanan setelah ibadah shalat dijalankan.
Selang beberapa menit kemudian, setelah imam mengucapkan salam dan melafalkan doa-doa, para jamaah membubarkan barisan syaf. Ada yang keluar dari masjid, ada juga yang langsung tegak berdiri melipat sajadah dan alas lainnya
karena harus sembahyang di jalan mengingat ruang dalam masjid dibatasi terkait adanya aturan di masa pandemi.
Meski harus shalat di luar masjid di atas aspal, berpanas-panasan demi keberkahan Shalat Jumat yang sempat ditiadakan empat bulan tidak jadi persoalan.
Baca juga: Warga Menteng Dalam bagi-bagi makanan gratis tradisi "Jumat Berkah"
Jumat Berkah
Sari kerap mendapati pertanyaan serupa setiap hari Jumat. Lertanyaan yang sama diajukan oleh jamaah yang bukan warga setempat karena banyak para pekerja di kawasan Kokas datang menunaikan ibadah shalat di masjid dekat rumahnya.
Kebiasaan ini pula agaknya yang membuat jamaah Masjid Umar bin Abdul Aziz selalu ramai didatangi jamaah di waktu Shalat Jumat. Warga sekitar menyebutkan kebiasaan itu sebagai "Jumat Berkah".
Keriuhan kecil terjadi ketika para jamaah yang didominasi laki-laki meninggalkan masjid, melangkah menyusuri Jalan Menteng Polo Gang RR. Mereka pun mendatangi tiap sajian dan memilih makanan dan minuman.
Ada yang memetik pisang dari tandannya, mencomot bala-bala dengan rawit hijau dari dalam mangkoknya. Atau menyerumput bir pletok dengan gelas plastik.
Ada pula yang menyendok bubur kacang hijau dari dalam gelas. Bahkan ada yang membungkus makanan lalu membawanya pulang.
Sedikitnya ada 10 rumah di sepanjang Jalan Menteng Pulo, Gang RR menuju Masjid Umar bin Abdul Aziz menyediakan makanan dan minuman gratis bagi siapa saja yang datang.
Walau baru berjalan selama dua tahun, kebiasaan ini terasa berbeda dari tahun sebelumnya, baik dari menu hidangannya, jumlah warga yang ikut terlibat menyediakan makanan dan minuman, hingga cara warga mencicipi jamuan.
Perubahan itu terjadi karena pandemi. Biasanya Sari menyediakan makanan santap siang seperti soto ayam, soto betawi atau opor ayam lengkap dengan nasi.
Jumlahnya mencapai 50 porsi. Selain disajikan untuk jamaah, ibu tiga anak ini pun menghidangkannya secara khusus untuk imam masjid.
"Kalau dulu kan orang-orang bisa duduk makan, sebentar, kalau imamnya saya persilahkan masuk rumah makan di dalam," katanya.
Tapi sekarang, karena dilarang berkerumun, dia tidak menyediakan tempat duduk lagi. " Makanan yang disediakan juga yang praktis-praktis saja bisa langsung dibawa," kata Sari.
Selama pandemi COVID-19, Sari hanya menghidangkan makanan ringan seperti bubur kacang ijo, gorengan, bubur candil, mihun dan minuman jus. Semua hidangan yang bisa dimakan sambil berdiri dan dibawa pulang.
Sedangkan untuk sang imam, Sari membungkuskannya untuk dibawa pulang.
Baca juga: Jumat Peduli, Srikandi Jakarta Utara bagikan nasi bungkus gratis
Kebiasaan
Secara konsisten setiap Jumat, Sari menyisihkan sebagian pendapatannya dari berjualan di warung untuk menyediakan makanan dan minuman "Jumat Berkah" sebanyak 50 porsi, tak sekalipun pernah absen.
Sari tak merasa terbebani untuk menyiapkan dan membiayai sendiri kegiatan sosial yang dimiliki warga RT 005/ RW 012 tersebut, meski tak ayal pandemi menyulitkan ekonomi.
Keberkahan dari memberi menjadi motivasinya untuk rutin berbagi. Kadang Sari mendapatkan titipan uang dari jamaah yang pernah mencicipi makanan di rumahnya.
Uang tersebut lalu dibelanjakan untuk "Jumat Berkah" berikutnya, bukan hanya sekali tapi beberapa kali.
Tidak hanya Sari, sejumlah warga lainnya ikut andil dan peduli menyediakan makanan dan minuman hingga menjadi tradisi. Dari awalnya cuma tiga rumah, kini meluas hingga 10 rumah.
Bukan hanya warga muslim, warga non muslim juga ikut berbagi menyediakan hindangan dan juga tempat untuk berwudhu bagi jamaah.
"Sekarang lagi pandemi begini ya, banyak juga kesulitan ekonomi, kita ingin berbagi lewat 'Jumat Berkah' ini," ujar Sari.
Kebiasaan ini lahir dari usulan pengurus Masjid Imam bin Abdul Azis. Salah satunya penggagas Heru Setiawan Putra yang juga menjabat sebagai Ketua Rukun Tetangga (RT) 005.
Niat yang terkandung dari kegiatan yang sudah menjadi kebiasaan itu hanya satu, murni hanya untuk membudayakan gemar berbagi. Selain itu, pengurus lingkungan juga ingin menunjukkan bukti kebhinekaan di wilayahnya.
Alasan itu pula yang membuat Roring (50), warga non muslim dari RT 02 tergerak untuk ikut berbagi. Bahkan tidak pernah absen setiap Jumat menyiapkan makanan dan tempat wudhu bagi para jemaah shalat.
Roring dan tiga warga non muslim lainnya yang tergabung dalam "Jumat Bekah" mengimani di dalam hati bahwa sesama manusia haruslah saling tolong menolong dan berbagi, baik dalam suka maupun duka.
Baca juga: Bawa mobil "tahu bulat", relawan TurunTangan bagikan makanan gratis
Berkah Berbagi
Heru Setiawan Putra sosok dibalik "Jumat Berkah" mengatakan walau kondisi prihatin karena ada pandemi, tapi warga yang bersedekah tambah antusias dan banyak. Wilayah RT 05 dihuni oleh 60 kepala keluarga (KK) terdiri atas sekitar 200 jiwa.
Jika sebelum pandemi, warga sedekah nasi kotak atau nasi bungkus, tapi kini lebih kepada makanan ringan yang bisa dibawa sambil jalan pulang kembali ke kantor atau ke rumah.
Hidangan "Jumat Berkah" ini bisa dinikmati di sepanjang jalan sejauh 100 meter dari masjid.
Untuk mencegah kerumunan, ditambah pula jamaah masjid yang melimpah hingga keluar masjid sehingga diberi jarak antara tempat jamaah shalat dengan rumah yang menyediakan hidangan.
Jamaah yang shalat ke Masjid Imam bin Abdul Azis datang dari berbagai kalangan dan profesi. Ada yang karyawan kantor, pedagang keliling, kurir sopir dan lainnya.
"Intinya sih kita ingin membudayakan gemar bersedekah terutama di hari yang berkah (Jumat) yang pahalanya benar-benar besar," ujar Heru.
Heru memulai kebiasaan ini dengan mengajak sejumlah pemilik warung di wilayah RW 012 untuk bersedekah nasi bungkus dengan jumlah seikhlasnya ke masjid. Setiap pekan dibuat daftar siapa saja warung-warung yang menyumbang.
Seiring berjalannya waktu, warga di lingkungan masjid ikut tergerak membuat makanan dan aneka penganan lainnya setiap Jumat. Bahkan ada jamaah dari luar RT 05 menyumbangkan sebagian rezeki untuk dibuatkan makanan di hari Jumat berikut.
Baca juga: TurunTangan dan PPA salurkan bantuan untuk paramedis dan petugas TPU
Menurut Heru, mengajak warganya untuk gemar bersedekah tidak harus dengan ceramah, nasihat karena dirinya bukanlah ustadz. Ia mempraktikkan gemar bersedekah dengan memanfaatkan jabatannya sebagai Ketua Pengurus Masjid Imam bin Abdul Azis.
Heru memastikan warganya tergerak dengan hati untuk mentradisikan kebiasaan "Jumat Berkah" tanpa ada paksaan atau ketidakenakan karena posisi dirinya sebagai orang dihormati di lingkungannya.
Harapannya adalah menjadikan wilayahnya sebagai miniatur Indonesia kecil, dengan toleransi antarumat beragama berjalan baik.
Baginya, perilaku dan tingkah laku warga muslim di lingkungannya berimbas baik terhadap non muslim sehingga kehidupan warganya dengan berbagai agama saling menghargai.
"Tidak ada saling curiga, saya sering katakan ke warga, orang tidak melihat agama kita apa, tapi perilaku kita sehari-hari," kata Heru.
Sebuah kutipan dari atlet tarung MMA Khabib Nurmagomedov menginspriasi Heru.
"Non muslim tidak membaca Al Quran dan tidak membaca hadist. Mereka hanya melihat sikap kita. Maka cerminkanlah sikap seorang muslim".
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020