Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat produksi minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya mencapai 4,8 juta ton atau meningkat sebesar 13,74 persen pada Agustus 2020 dibandingkan bulan sebelumnya.Peningkatan produksi terjadi selain karena mengikuti siklus musim, juga karena tanaman sudah menunjukkan pemulihan setelah pemupukan semester-I 2020 kembali normal
Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono menyebutkan bahwa produksi CPO dan turunannya pada Agustus tahun ini juga tumbuh dua persen dari Agustus 2019 sebesar 4,7 juta ton. Namun demikian, secara kumulatif dari Januari-Agustus 2020, produksi tahun ini masih lebih rendah 6,7 persen dari periode sama tahun lalu.
"Peningkatan produksi terjadi selain karena mengikuti siklus musim, juga karena tanaman sudah menunjukkan pemulihan setelah pemupukan semester-I 2020 kembali normal," kata Mukti dalam keterangan di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Pengaruh harga minyak, Gapki catat ekspor Agustus turun 14,2 persen
Dari besarnya produksi, Gapki berharap pasar domestik menjadi penopang. Kenaikan konsumsi untuk pangan dan oleokimia dua bulan terakhir dinilai memberikan harapan pemulihan konsumsi dalam negeri.
Dibandingkan dengan bulan Juli, konsumsi minyak sawit untuk pangan bulan Agustus naik sekitar 1,9 persen menjadi 654.000 ton, sedangkan konsumsi oleokimia naik 2 persen menjadi 151.000 ton.
Sebaliknya konsumsi biodiesel turun 9,8 persen menjadi 576.000 ton. Secara secara total, konsumsi dalam negeri pada bulan Agustus mencapai 1,38 juta ton atau turun 3,3 persen dari konsumsi Juli sebesar 1,43 juta ton.
Secara kumulatif, konsumsi dalam negeri pada Januari dan Februari meningkat 16 persen dari 2019. Total konsumsi tersebut terus turun menjadi 3 persen sampai dengan Juni dan Juli serta menjadi 2,5 persen sampai dengan Agustus.
Baca juga: Wapres: Ekspor minyak sawit Indonesia menurun selama pandemi
Mukti menjelaskan bahwa penurunan utama terjadi pada penggunaan untuk pangan yang secara tahunan Agustus 2020 turun 14,9 persen, sedangkan untuk oleokimia dan biodiesel lebih tinggi berturut-turut dengan 45,3 persen dan 26,9 persen.
Menurut dia, tren produksi yang naik bersamaan dengan tren kenaikan harga, sehingga menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk meningkatkan devisa melalui ekspor produk sawit.
"Ekspor ke China sampai dengan Agustus (YoY) adalah 37 persen lebih rendah dari tahun lalu dan China adalah negara yang sudah pulih dari COVID-19, sehingga ada peluang yang besar untuk mengejar ketertinggalan ekspor ke China dari tahun lalu," kata dia.
Baca juga: Minyak sawit Kaltim tembus pasar China
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020