Kemunculan rudal balistik antarbenua (ICBM) baru selama parade akhir pekan di Korea Utara memikat banyak analis Barat. Tetapi para pejabat di Korea Selatan jauh lebih prihatin dengan tampilan sistem roket peluncuran ganda (MLRS) baru dan rudal jarak pendek yang cepat dan dapat bermanuver yang akan ideal untuk menyerang target di Selatan.
Berbicara sebelum memulai pertemuan dengan mitranya dari Korea Selatan di Pentagon, Esper berkata; "Kami setuju bahwa program rudal nuklir dan balistik Korea Utara tetap menjadi ancaman serius bagi keamanan dan stabilitas kawasan dan dunia."
"Amerika Serikat tetap berkomitmen pada keamanan Republik Korea," kata Esper.
Dia menambahkan, bagaimanapun, bahwa Korea Selatan dan Amerika Serikat harus menemukan cara yang lebih adil untuk membagi biaya pertahanan sehingga "ada keadilan pada pembayar pajak Amerika."
Presiden AS Donald Trump, yang memuji hubungannya dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, berulang kali mengatakan Seoul harus membayar bagian yang lebih besar dari biaya pasukan militer AS yang ditempatkan di Korea Selatan.
Sekitar 28.500 tentara Amerika dikerahkan di Korea Selatan, yang dianggap sebagai pencegah Pyongyang yang juga mengirimkan pesan ke China tentang pengaruh dan kemampuan AS di Asia.
Secara terpisah, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, mengutip kurangnya tes ICBM oleh Pyongyang tahun lalu, mengatakan kepada wartawan pada Rabu bahwa ada penurunan risiko ke Amerika Serikat dari Korea Utara karena kebijakan keterlibatan Trump.
Baca juga: AS-Korsel akan bahas perundingan nuklir Korut yang mandek
Baca juga: Korsel: Korut tetap terbuka untuk berdialog dengan AS
Baca juga: Negosiator nuklir Korsel kunjungi AS di tengah ketegangan dengan Korut
Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020