Pemerintah Presiden Barack Obama Januari lalu menyetujui paket senjata senilai 6,4 miliar dolar untuk Taiwan termasuk helikopter-helikopter, rudal-rudal Patriot dan kapal-kapal penyapu ranjau, yang membuat Beijing marah, sebagaimana dikutip dari AFP.
Pejabat departemen luar negeri AS David Shear mengemukakan pada satu tim Kongres bahwa Amerika Serikat akan "tetap siap dengan komitmen kita" berdasarkan undang-undang AS untuk memberikan Taiwan dengan senjata-senjata guna mempertahankan dirinya sendiri.
"Taiwan harus yakin bahwa pulau itu harus memiliki kemampuan fisik untuk melawan intimidasi dan aksi kekerasan dari China daratan," kata Shear, wakil asisten menteri luar negeri untuk urusan Asia Timur.
Memberikan penjelasan di hadapan Komisi Ekonomi dan Peninjauan Keamanan AS-China, para pejabat AS menolak mengatakan apakah pemerintah Obama akan setuju satu soal penting menyangkut daftar keinginan Taiwan-- jet-jet tempur F-16.
Kendatipun usahanya untuk memperbaiki hubungan dengan Beijing, Presiden Taiwan Ma Ying-jeou berusaha mendapatkan jet tempur F-16 untuk memperbarui armada udaranya yang sudah tua. Satu laporan terbaru kementerian pertahanan Taiwan menemukan bahwa China unggul dalam kekuatan udara.
Michael Schiffer, wakil asisten menteri pertahanan untuk Asia Timur mengatakan ia "tidak ingin menganjurkan satu keputusan mengenai pesawat F-16.
China telah meningkatkan belanja militer selama bertahun-tahun sebagai bagian dari usaha modernisasi Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) nya.
Kendatipun kepentingan-kepentingan China meningkat di seluruh dunia, "kami yakin fokus utama peningkatan kekuatan PLA tetap berorientasi pada persiapan bagi kemungkinan-kemungkinan di Selat Taiwan," kata Schiffer.
"Tampaknya strategi jangka panjang Beijing adalah menggunakan kekuatan politik, diplomatik, ekonomi dan kebudayaan untuk mengusahakan unifikasi dengan Taiwan, sementara membangun ancaman militer yang dapat dipercaya untuk menyerang pulau itu jika ada kejadian-kejadian yang dianggap Beijing sebagai arah yang salah," katanya.
Taiwan dikuasai kelompok nasionalis yang melarikan diri dari China tahun 1949 setelah kalah dalam perang saudara di China daratan. Beijing menganggap pulau itu adalah bagian dari wilayahnya menunggu reunifikasi, jika perlu dengan kekuatan militer. (H-RN/A024)
Pewarta: wibow
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010