• Beranda
  • Berita
  • Dokter: Curhat adalah langkah awal pencegahan depresi di masa pandemi

Dokter: Curhat adalah langkah awal pencegahan depresi di masa pandemi

15 Oktober 2020 19:54 WIB
Dokter: Curhat adalah langkah awal pencegahan depresi di masa pandemi
dr. Predito Prihantoro, Sp. KJ (kanan) melakukan audiensi dengan pasiennya. ANTARA.
Curhat atau mencurahkan isi hati dan segala beban fikiran bisa menjadi solusi/langkah awal untuk mencegah seseorang dari depresi berat dampak pandemi COVID-19 yang berkepanjangan.

Hal ini seperti disampaikan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RSUD dr Iskak Tulungagung, dr. Predito Prihantoro, Sp. KJ, Kamis, yang menekankan pentingnya komunikasi yang intensif dengan seseorang yang bisa dipercaya.

"Komunikasi intens ini bisa dilakukan dengan teman karib atau keluarga, supaya permasalahan yang dihadapi tidak semakin berat yang bisa memicu depresi dan kecemasan," kata dr. Predito.

Tips ini kerap, dan bahkan selalu disampaikan dr. Predito setiap kali datang ke poli kejiwaan, menyangkut kendala psikiatri yang dialami selama beberapa bulan terakhir.

Baca juga: Psikolog: Belajar via daring berpotensi munculkan stres pada anak

Baca juga: Pengelolaan stres saat pandemi COVID-19 cegah gangguan jantung


Kata dia, curhat kepada orang yang dipercaya bisa menjadi saluran agar beban fikiran yang membuat seseorang depresi, merasa tertekan hidupnya, bisa ditumpahkan.

"Curhat juga bisa menjadi media berbagi untuk mencari/mendapat solusi atas permasalahan yang dihadapi," katanya.

Saat ini, lanjut dia, pasien yang mengalami tekanan psikis akibat beban ekonomi ataupun kecemasan akibat wabah COVID-19 di tempatnya berpraktik memang cenderung meningkat.

Setiap hari bisa 3-5 pasien datang berobat. "Supaya tidak terkena dampak gangguan mental, maka seseorang seyogyanya mengubah pola fikir yang kurang tepat, cakap beradaptasi pada setiap situasi baru, tetap beraktivitas dan produktif," katanya.

Caranya, kata dr. Predito, adalah dengan jeli melihat peluang, peka terhadap perubahan, meningkatkan produktivitas, menstimulasi daya kreativitas pada rutinitas keseharian seseorang.

Apalagi di era pandemi COVID-19 seperti sekarang, tidak sedikit orang yang mengalami risiko gangguan mental yang dipicu akibat kehilangan pekerjaan, berkurangnya pendapatan, terbatasnya aktivitas, keharusan menjalani kebiasaan baru dan sebagainya.

"Saat ini hampir setiap orang mengalami penderitaan akibat pandemi ini. Jika orang tersebut belum siap menghadapi perubahan sosial yang mendadak maka berpotensi timbul depresi dan gangguan kecemasan yang mengancam gangguan mental bila tidak dikelola dengan baik," katanya.

Gangguan mental yang mungkin terjadi adalah gangguan penyesuaian, depresi, kecemasan, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan perilaku serta psikotik. Kondisi tersebut merupakan masalah serius yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari.

Pada era normal baru seperti sekarang ini, penting untuk selalu menciptakan suasana hati yang tenang, berpikir secara realistis, obyektif, rasional dan proporsional serta bertindak dan berpikir yang sehat. (*)

Baca juga: Lambatnya hasil tes COVID-19 menambah stres, kata bos Wolves Nuno

Baca juga: Anak-anak terlantar di Timur Tengah stres karena COVID-19

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020