Kedai yang berlokasi di pusat Kota Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjungjabung Barat, Propinsi Jambi, yang tepatnya berada di Jalan Patunas Pujasera hanya berjarak ratusan meter dari Kantor Bupati Tanjungjabung Barat itu menjadi tempat yang cocok untuk nongkrong bersama teman, pasangan ataupun keluarga.
Memiliki jenis kopi arabika, liberika dan robusta menjadikan kedai Kopi Kuale tempat favorit untuk menikmati seduhan kopi dengan berbagai bentuk olahannya, mulai dari v60, Vietnam drip, ekpresso bass, mokapot dan tubruk.
Berbicara tentang filosofi Kopi Kuale, mempunyai ceritanya tersendiri bahwa kuale itu asal katanya dari Kuala, sebutan kuale hanya menggunakan logat masyarakat Kuala Tungkal, yang mana sebagian besar masyarakat Kuala Tungkal gaya komunikasinya menggunakan bahasa melayu sehingga tercetuslah kata Kuale agar lebih mudah diingat masyarakat Kuala Tungkal itu sendiri
Secara harafiah Kuala dalam kamus Bahasa Indonesia merupakan pertemuan antara sungai dengan danau atau laut, menggambarkan aliran sungai sebagai warna-warni dari berbagai aliran atau kretifitas anak anak muda.
Jadi bisa dikatakan Kopi Kuale ini sebagai tempat pertemuan berbagai anak anak muda dengan segala kreatifitas yang tentu sesuai dengan ideologi atau aliran mereka masing masing.
Bisa menjadi tempat anak anak seni dari berbagai alirannya, mahasiswa dari berbagai ideologi pergerakannya ataupun komunitas lainnya. Dan kopi menjadi media bagi mereka untuk bertemu dan melahirkan ide dan kreativitas.
“Atas dasar filosofi itu lahirlah tagline Good Friend and Great Coffe yang mana kita ingin menciptakan kedai dengan nuansa persahabatan dan tetap menyuguhkan minuman yang terbaik dan diseduh oleh tenaga orang yang profesional” kata Firman.
Pemilik kedai Kopi Kuale Firman Supratman, mengatakan melalui segelas kopi juga berusahai memberikan bentuk tanggung jawab terhadap lingkungan. Di mana setiap Kopi Kuale menyisihkan Rp500 dari setiap gelas minuman yang terjual akan mereka kontribusikan atau sumbang untuk konservasi mangrove yang ada di Kabupaten Tanjungjabung Barat .
"Kami tidak hanya sekedar mecari keuntungan saja disini, melainkan juga mengajak warga atau penikmat kopi untuk bersama-sama peduli atas lingkungannya terutama untuk Kabupaten Tanjab Barat yang merupakan daerah yang memilliki hutan mangrove di Provinsi Jambi yang memang perlu dilestarikan dan terus dijaga kelangsungannya," kata Firman.
Bisnis dukung lingkungan
Meski memiliki usaha yang sudah maju dan cukup dikenal, Firman Supratman idak hanya memikirkan keuntungan berbisnis saja. Ia juga bertanggung jawab terhadap usaha yang didirikan. Usaha usaha yang dimilikinya ini berkontribusi terhadap pengurangan daya dukung lingkungan atau kerusakan lingkungan melalui sisa kemasan sampah plastik yang 1 kali habis terpakai.
Secara operasional kedai Kopi Kuale mencoba meminimalisir penggunaan dari bahan habis sekali pakai atau plastik, namun mereka harus tetap mengedepankan kenyamanan pengunjung
Sementara itu Guru Besar Pengelolaan Udara dan Limbah Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof. Enri Damanhuri mengungkapkan fakta bahwa 2,13 juta ton sampah plastik tiap tahun di indonesia cemari lingkungan.
“Kami merasa mesti ikut bertanggung jawab atas kontribusi kami terhadap kerusakan lingkungan melalui kemasan plastik, sehingga kami mesti menggantinnya dengan kegiatan yang tentunya bermanfaat terhadap lingkungan” kata Firman
Sebagai bentuk tanggung jawab mereka, kopi kuale menyisihkan 500 rupiah dari setiap cup minuman yang terjual dan akan mereka kontribusikan untuk konservasi mangrove yang ada di Tanjung Jabung Barat .
Kenapa Kopi Kuale memilih konservasi mangrove sebagai kegiatan peduli terhadap lingkungan?
Data yang di dapat dari Repository FKIP Univeritas Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat khususnya di Kecamatan Tungkal Ilir memiliki kawasan hutan mangrove yang cukup luas, keseluruhan diperkirakan 17.863 Ha dan wilayah yang ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) dengan luas areal 1. 558,3 Ha dan Kawasan Suaka Perikanan (KSP) yang meliputi tiga kawasan pantai yaitu Kawasan Konservasi Kerang Darah, Kawasan Pangkal Babu dan Kawasan Sungai Dualap.
Berdasarkan laporan kelompok kerja pengelolaan mangrove, sebagian besar mangrove di Kabupaten Tanjung Jabung Barat telah rusak berdasarkan isu startegis yang telah di analisis pada tahun 2008 dan 2009. Salah satu penyebab kerusakan ekosistem mangrove yaitu pembangunan yang kurang berwawasan lingkungan.
Inilah alasan Kedai kopi kuale memilih konservasi mangrove sebagai kegiatan peduli lingkungan, menurut Firman mangrove di Tanjungjabung Barat sudah mulai menipis, lbeberapa lahan di bibir pantai sudah mulai abrasi dan nyaris mendekati kebun kebun masyarakat.
Di tambah lagi pernyataan salah satu relawan mangrove bahwa di kota pesisir seperti Kuala Tungkal ini hutan mangrove sangat penting bagi masyarakat sebagai penahan ombak agar lahan tidak abrasi dan hewan hewan yang ada di kawasan hutan mangrove bisa di manfaatkan masyarakat.
Hutan mangrove fungsinya sangat penting bagi masyarakat Kuala Tungkal, sebagai penahan ombak agar lahan tidak abrasi, selain itu beragam biota yang hidup dihutan mangrove juga dapat dimanfaatkan masyarakat pesisir, seperti ikan, udang, kerang dan biota lainnya. Yang kita ketahui juga bahwa kontribusi pohon mangrove terhadap resapan karbon cukup tinggi.
Kedai Kopi Kuale bisnis UMKM yang telah memberikan contoh dan inspirasi, bahwa usaha yang tidak begitu besar bisa mengambil tindakan besar terhadap etika bisnis dan tanggungjawab sosial terhadap lingkungan.
Bukan hanya memikirkan keuntungan saja, kopi kuale mewujudkannya dengan berdonasi Rp500 melalui segelas kopi untuk menjaga kelestarian dan konservasi mangrove yang ada di Kabupaten Tanjungjabung Barat, Provinsi Jambi.
Baca juga: Kedai Kopi Indonesia pertama dibuka di Altstadt Jerman
Baca juga: Kafe di China didenda Rp4,3 miliar akibat 123 juta pesanan palsu
Pewarta: Nanang Mairiadi
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2020