"Kita punya 'basecame' pompa-pompa, ada di Setiabudi, Komplek Perdatam, ada di gudang SDA di Rawa Minyak, di JOE (Jagakarsa) dan Bukit Duri juga ada," kata Kepala Sudin SDA Kota Jakarta Selatan, Mustajab di Jakarta, Jumat.
Menurut Mustajab, penyimpanan pompa apung portabel ini disebar ke sejumlah wilayah bertujuan agar memudahkan akses apabila terjadi banjir dan genangan terutama di wilayah rawan.
Ke-13 pompa apung tersebut merupakan bantuan peralatan yang diberikan oleh Dinas SDA DKI Jakarta pada Rabu (7/10) lalu.
Dengan adanya 13 pompa apung ini, Sudin SDA Jakarta Selatan memiliki tambahan peralatan dalam penanggulangan banjir serta genangan di wilayah Jaksel.
"Kita sudah punya 12 pompa yang tersedia saat ini, lima pompa stasioner (menetap) dan tujuh pompa mobile," kata Mustajaba.
Khusus untuk pompa mobile, dari tujuh pompa yang dimiliki ditambah dengan 13 pompa apung, maka Sudin SDA Jakarta Selatan memiliki peralatan pompa mobile sebanyak 20 unit.
Baca juga: Dinas SDA DKI distribusikan 65 pompa apung ke lima wilayah
Pompa stasioner dan mobile memiliki fungsi sama tetapi berbeda cara kerja. Pompa stasioner ditempatkan di wilayah 'langganan' banjir, daerah rendah dekat dengan pinggiran sungai atau kali. Bila terjadi limpasan air kali, tidak bisa mengering sendiri, maka dibantu dengan pompa yang menetap (stasioner) yang berada di wilayah tersebut.
"Kalau stasioner itu genangan atau banjirnya itu menetap, jadi dia diperlukan kode yang harus dibuatkan stasioner," katanya.
Sedangkan pompa yang mobile untuk genangan yang sifatnya dadakan. Misalnya, terjadi limpasan kali yang di daerah itu tidak disiapkan pompa stasioner.
"Misalnya genangan di jalan, makanya kita bantu dengan pompa mobile, untuk mempercepat pengeringan airnya," ujar Mustajab.
Sementara itu, pompa apung ini digunakan untuk keadaan darurat genangan di lingkungan. Jadi sifatnya tidak stasioner, tapi mobile dapat berpindah-pindah.
Operasional pompa apung telah digunakan saat menangani banjir akibat longsor di anak Kali Setu. Total ada dua unit pompa apung yang diturunkan.
"Kita berkeinginan dengan bertambahnya pompa apung ini genangan yang sering terjadi itu bisa secepatnya kita keringkan," ujar Mustajab.
Baca juga: Longsor dan banjir Ciganjur rusak sejumlah dokumen kependudukan warga Sebelumnya, Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta mendistribusikan 65 unit pompa apung ke lima suku dinas di lima wilayah kota, Rabu (7/10).
Kepala Dinas SDA DKI Jakarta Juaini Yusuf mengatakan pompa apung ini lebih fleksibel ketimbang pompa bergerak (mobile) yang selama ini dimiliki Dinas SDA dan Sudin SDA di wilayah karena ukuran dan berat yang lebih ringan.
Pompa apung ini bisa diangkat hanya oleh dua orang. Sedangkan pompa bergerak harus diangkat setidaknya oleh delapan hingga 10 orang. Selain itu meski ukurannya lebih kecil, daya sedotnya cukup besar dengan diameter pipa satu meter.
Pompa dengan daya sedot sekitar 50 liter per detik dan bentuknya sangat sederhana serta praktis dipakai di daerah dan jalan yang terjadi genangan.
Kemudian bisa dipakai di permukiman, berbeda dengan pompa mobile tidak masuk karena lokasinya jalan sempit. Pompa apung ini tinggal ditaruh ke air, karena dapat mengapung. Selangnya bisa sampai 100 meter.
Penyerahan pompa ini, sekaligus untuk mendukung program yang tengah berjalan, yaitu "Gerebek Lumpur". Dalam program ini, Dinas dan Sudin SDA menggiatkan pengerukan lumpur yang ada di saluran mikro, penghubung, waduk, hingga sungai.
Dengan program itu, diharapkan kapasitas daya tampung tempat-tempat air itu menjadi bertambah sehingga genangan dan banjir dapat dihindari.
Baca juga: Pemprov DKI investigasi indikasi pelanggaran tata ruang di Ciganjur
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020