Dolar melemah terhadap sekeranjang mata uang utama pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), memangkas beberapa kenaikan minggu ini yang dibangun di atas peningkatan kehati-hatian atas lonjakan global dalam kasus Virus Corona dan memudarnya prospek paket stimulus AS sebelum pemilihan presiden 3 November.Optimisme pasar tertusuk minggu ini untuk keuntungan greenback di tengah kuartet kekhawatiran atas virus, stimulus, ekonomi AS, dan pemilihan presiden yang semakin dekat,
Greenback mengurangi sebagian kerugian Jumat (16/10/2020) setelah data penjualan ritel AS yang kuat membantu meredakan kekhawatiran tentang kesehatan konsumen AS.
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya turun 0,1 persen menjadi 93,676. Indeks naik 0,7 persen, untuk minggu ini, kenaikan mingguan terbaiknya dalam tiga minggu terakhir.
Baca juga: Harga emas amblas 2,5 dolar, saat harapan stimulus AS memudar
Pembatasan baru untuk memerangi COVID-19 telah diperkenalkan di seluruh Eropa, dan Midwest AS sedang berjuang melawan lonjakan kasus baru, mengancam akan menggagalkan pemulihan ekonomi negara-negara dari guncangan Virus Corona.
Rencana bantuan AS tetap macet dalam negosiasi tiga arah antara Gedung Putih, Senat Partai Republik, dan Demokrat DPR AS.
Defisit anggaran AS mencapai rekor 3,132 triliun dolar AS selama tahun fiskal 2020, lebih dari tiga kali lipat kekurangan 2019, sebagai akibat dari pengeluaran besar-besaran untuk penyelamatan Virus Corona, kata Departemen Keuangan AS pada Jumat (16/10/2020).
Baca juga: Harga minyak tertekan kekhawatiran kebangkitan COVID di AS dan Eropa
"Optimisme pasar tertusuk minggu ini untuk keuntungan greenback di tengah kuartet kekhawatiran atas virus, stimulus, ekonomi AS, dan pemilihan presiden yang semakin dekat," kata Analis Pasar Senior Western Union Business Solutions, Joe Manimbo, di Washington.
Mata uang safe-haven yen Jepang menuju kenaikan mingguan 0,2 persen terhadap greenback karena minat investor untuk aset-aset safe haven masih kuat.
Penjualan ritel AS meningkat lebih dari yang diperkirakan pada September.
Baca juga: Rupiah ditutup melemah seiring penantian persetujuan paket stimulus AS
“Kenaikan yang tidak terduga kuat 1,9 persen dalam penjualan ritel bulan lalu menunjukkan ekonomi membawa lebih banyak momentum ke kuartal keempat daripada yang diantisipasi, menentang kekhawatiran bahwa berakhirnya tunjangan pengangguran yang meningkat di musim panas akan membahayakan ekonomi,” kata Ekonom Senior Capital Economics, Michael Pearce, dalam sebuah catatan.
“Tetapi dengan meningkatnya infeksi Virus Corona, kami tidak terburu-buru untuk merevisi perkiraan kami bahwa pertumbuhan PDB akan melambat menjadi 4,0 persen per tahun pada kuartal keempat,” katanya.
Sterling, menghapus sebagian besar kenaikan awalnya menjadi diperdagangkan sedikit lebih tinggi dalam sesi berombak pada Jumat (16/10/2020), setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan kepada kalangan bisnis untuk bersiap-siap dengan Brexit tanpa kesepakatan.
Baca juga: Saham Spanyol ditutup "rebound," Indeks IBEX 35 terkerek 0,48 persen
Baca juga: Saham Jerman berbalik naik tajam, Indeks DAX 30 terangkat 1,62 persen
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020