Smile Train dalam siaran resmi, Senin, mengatakan perayaan virtual ini dibuat untuk membangkitkan kesadaran masyarakat Indonesia bahwa masih banyak penderita celah bibir maupun celah langit langit di Indonesia yang ingin memiliki satu senyuman sempurna.
"Saya sangat senang bisa berkolaborasi dengan Smile Train Indonesia dalam kampanye World Smile Day ini, untuk memberikan kebahagiaan, senyuman, dan harapan, terutama bagi anak-anak dengan celah bibir dan/atau langit-langit yang saat ini masih belum bisa mendapatkan operasi akibat pandemi COVID-19," kata Tompi.
Baca juga: Tompi bicara mengenai proses operasi plastik
Program Director & Country Manager Smile Train Indonesia Deasy Larasati ingin mengajak lebih banyak orang untuk sadar bahwa setiap hari ada 540 bayi di dunia yang terlahir dengan celah bibir dan/atau langit-langit.
"Kondisi ini merupakan sesuatu yang bisa berdampak serius, bahkan menimbulkan komplikasi seperti kesulitan untuk makan, bernapas, mendengar, dan berbicara. Kami ingin membawa pesan bahwa senyuman, yang biasa kita lakukan sehari-hari, adalah sesuatu yang anak-anak ini masih belum bisa lakukan," jelas Deasy.
Dalam diskusi virtual, Tompi mengatakan di Indonesia kondisi bibir sumbing tak cuma mempengaruhi kesehatan pasien. Pada bayi, proses makan jadi terganggu sehingga membuat tumbuh kembang jadi terhambat.
Selain itu, kondisi ini juga dapat mempengaruhi psikis keluarga yang kerap merasa punya beban sosial, berujung ke masalah penolakan, rasa terasing, hingga direndahkan.
Menurut Tompi, salah satu hal pertama yang harus diubah adalah tidak memperlakukan orang yang terlahir dengan celah bibir dan/atau langit-langit secara berbeda sehingga mereka merasa terasing.
Smile Train Indonesia telah beroperasi sejak 2002 dan membantu lebih dari 90.000 anak di berbagai daerah di Indonesia untuk mendapatkan perawatan celah komprehensif yang aman, berkualitas, dan konsisten, mulai dari operasi hingga perawatan pasca operasi.
Organisasi ini bermitra dengan ratusan rumah sakit dan tenaga medis profesional di berbagai daerah di Indonesia, tidak hanya untuk memberikan operasi gratis tetapi juga memberikan pelatihan kepada para perawat dan tenaga medis dalam mendukung perawatan komprehensif bagi anak dengan sumbing bibir dan/atau sumbing langit-langit.
“Situasi pandemi COVID-19 telah menyebabkan tertundanya hampir 3.300 operasi celah bibir dan langit-langit yang didukung oleh Smile Train dan mitra kami. Namun sebisa mungkin kami mengupayakan untuk tetap dapat membantu operasi dapat berjalan meski dalam jumlah terbatas dan protokol kesehatan yang amat ketat," tutup Deasy Larasati.
Baca juga: Garap "Paras Cantik Indonesia", Tompi belajar tentang hidup
Baca juga: Tompi ungkap kecantikan perempuan Indonesia lewat serial web
Baca juga: Operasi hidung pakai tulang iga tren bedah plastik 2019
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020