Dosen IPB University dari Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Mukhamad Najib dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin, mengatakan ekonomi akan terus bergerak apabila sektor produksi dan sektor konsumsi juga terus bergerak.
“Di masa pandemi ini memang pergerakan itulah masalahnya. Pergerakan orang dan barang sangat terbatas, sehingga berimbas pada sektor konsumsi yang juga menurun,” katanya.
Baca juga: Dosen IPB: Atasi resesi ekonomi dari penyebabnya pandemi COVID-19
Baca juga: IPB University gelar pelatihan dan sertifikasi penyelia kehalalan
Penurunan pergerakan ini berimbas pada perusahaan menurunkan produksinya, bahkan beberapa perusahaan merumahkan pegawainya. Dengan demikian, pendapatan juga menurun dan hal ini sudah pasti berimbas pada konsumsi yang juga menurun.
Menurut Najib, salah satu yang terdampak dalam pandemi adalah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Oleh karena itu, ia menyarankan supaya masyarakat berbelanja di UMKM.
“Apabila ada gerakan belanja ke UMKM, tentunya akan menguatkan UMKM untuk tetap bisa bertahan di masa krisis seperti saat ini. Sangat penting bagi kita untuk membantu UMKM tetap bertahan, karena sampai saat ini UMKM masih menjadi penyedia lapangan kerja terbesar di Indonesia. Sehingga menyelamatkan UMKM berarti mencegah terjadinya pengangguran besar-besaran," kata Najib.
Ia menambahkan efektivitas gerakan ini sangat tergantung pada kesungguhan masyarakat untuk membantu sesama dengan cara yang terhormat. Apabila masyarakat membiarkan UMKM mati, dampaknya terhadap pengangguran akan bertambah, padahal mereka tetap butuh makan sementara tidak punya pekerjaan.
Lebih lanjut, Najib menyampaikan bahwa dengan berbelanja di UMKM berarti membantu tiga hal sekaligus, yaitu membantu bisnis UMKM tetap berjalan, membantu menjaga agar pengangguran tidak bertambah, dan membantu kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
Baca juga: Saatnya inovasi kampus berkolaborasi dengan industri, kata Rektor IPB
“Kalau semangat saling tolong menolong di masyarakat tumbuh dan kesadaran akan pentingnya menyelamatkan UMKM sudah ada di kepala masyarakat, gerakan ini akan cukup efektif,” tutur Najib.
Meskipun dinilai mampu memulihkan resesi, Najib menegaskan gerakan berbelanja di UMKM tidak bisa diprediksi berapa lama dapat membantu keluar dari resesi. Sebab, variabel makro juga harus dilihat lebih teliti lagi. Namun, gerakan berbelanja di UMKM diharapkan dapat membantu UMKM dapat bertahan dan bisa tumbuh dalam masa krisis ini.
Gerakan ini, kata Najib, merupakan tanggung jawab semua karena semua orang perlu bertanggung jawab atas bergeraknya roda perekonomian rakyat yang dilakukan oleh UMKM. Pemerintah juga memiliki tanggung jawab lebih besar karena pemerintah memiliki instrumen dan kebijakan.
“Presiden Jokowi juga sudah mengampanyekan gerakan belanja di UMKM, tentu ini harus kita sambut baik. Bukan hanya dengan belanja saja, tapi juga dengan membantu UMKM supaya bisa memasarkan produknya dengan baik agar lebih mudah diakses oleh masyarakat lain," tambah Najib.
Gerakan dari kaum milenial dan mahasiswa sudah mulai menyadari dan memberikan partisipasinya dalam gerakan ini. Di antara mereka bahkan ada yang sudah terlibat membantu UMKM untuk bisa mengakses dunia digital agar produk-produk UMKM lebih mudah diketahui oleh masyarakat.
Meski begitu, mahasiswa juga memiliki keterbatasan karena daya beli mahasiswa juga relatif kecil jika dibanding kelas menengah. Tetapi, mahasiswa bisa berperan dalam menggaungkan gerakan ini melalui media sosial.
Baca juga: IPB University bantu keterpurukan pelaku UMKM melalui keamanan pangan
Baca juga: Alumnus IPB University kembangkan usaha berbasis socioentrepreneur
“Pemerintah juga telah melakukan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Tinggal realisasi PEN ini mungkin yang perlu dipercepat, karena sampai saat ini penyerapan anggaran masih terbilang rendah. Belanja-belanja pemerintah ini akan menstimulasi pergerakan ekonomi, harapannya ekonomi kita bisa cepat tumbuh kembali,” katanya.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020