Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati mengatakan sektor pertanian memiliki potensi jika dikelola dengan baik dan dapat menjadi penunjang industri pariwisata dalam memajukan ekonomi wilayah itu.Pertanian yang maju adalah pertanian yang memberi nilai lebih, para petani memperoleh pendapatan yang lebih baik, sehingga animo untuk mengolah lahannnya pun meningkat
Pengelolaan potensi pertanian dengan baik juga bisa menjadi faktor dalam mewujudkan ketahanan pangan masyarakat Bali di tengah pandemi COVID-19.
"Ke depan sektor pertanian harus dibangun dengan baik, menggali lebih dalam potensi yang ada sehingga pertanian Bali maju, dan Bali pun tidak hanya bertumpu pada sektor pariwisata. Di samping juga dalam mewujudkan ketahanan pangan masyarakat Bali," kata Wagub Bali saat melepas ekspor perdana biji kakao ke Belanda, di Denpasar, Senin.
Pada kesempatan itu, Tjokorda Oka melepas ekspor biji kakao sebanyak 12 ton oleh industri kecil menengah Kertha Semaya Samania ke Belanda.
Ekspor biji kakao fermentasi organik dari petani di Kabupaten Jembranan ini dilakukan atas permintaan seorang pengusaha asa Den Haag Belanda Dejan Borisavljevic, yang menyukai kualitas kakao Jembrana untuk kemudian diolah menjadi produk coklat dan sebagainya.
"Ini menunjukkan produk-produk pertanian Bali memiliki daya saing dengan produk negara lain, yang diharapkan dapat dikembangkan guna menunjang sektor pariwisata yang terpuruk seperti saat ini," ucapnya.
Pertanian pun diharapkan menjadi sektor yang menjanjikan dan mampu memberikan penghidupan bagi para pelakunya, sehingga minat masyarakat menjadi petani pun meningkat.
"Pertanian yang maju adalah pertanian yang memberi nilai lebih, para petani memperoleh pendapatan yang lebih baik, sehingga animo untuk mengolah lahannnya pun meningkat," ujar pria yang juga Ketua PHRI Bali itu.
Di sisi lain, Kepala Kantor Bea Cukai Denpasar Kusuma Santi mengatakan produk pertanian Bali memang sangat diminati, salah satunya kakao yang bijinya bernilai sangat tinggi.
Untuk itulah Bea Cukai ikut mendorong peningkatan budaya kakao, terutama dalam kaitan ekspor yang bisa memberikan pendapatan bagi negara.
Melalui program Klinik Ekspor, Bea Cukai mendorong para IKM untuk melaksanakan proses ekspor – impor secara mandiri tanpa pihak ketiga sehingga mampu mengurangi biaya produksi.
"Tujuan program ini supaya masyarakat menyadari bahwa prosedur ekspor maupun impor secara mandiri prosesnya tidak rumit,” ujarnya.
Diapun menjelaskan upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam mendukung usaha masyarakat seperti asistensi dan pembahasan dengan para petani mengenai peningkatan kualitas coklat, pendaftaran koperasi KSP sampai dengan memperoleh ide untuk melakukan kegiatan ekspor dan impor.
Baca juga: Koperasi kakao ini sukses tembus pasar cokelat dunia
Baca juga: Wagub Bali: Pelaku usaha jangan patah semangat hadapi pandemi
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2020