• Beranda
  • Berita
  • Vaksin COVID-19 Rusia akan diuji klinis pada lansia di atas 60 tahun

Vaksin COVID-19 Rusia akan diuji klinis pada lansia di atas 60 tahun

20 Oktober 2020 14:07 WIB
Vaksin COVID-19 Rusia akan diuji klinis pada lansia di atas 60 tahun
Wakil Direktur Kinerja Ilmiah Institut Riset Gamaleya, dr. Denis Logunov (tengah) menjelaskan tentang uji klinis tahap III vaksin COVID-19 Rusia, Sputnik V, dalam sebuah konferensi pers virtual dari Moskow, Selasa (20/10/2020). (ANTARA/Suwanti)

Bagi kelompok usia lainnya, anak-anak dan lansia di atas 60 tahun, kami mengajukan protokol uji klinis baru, dan telah mendapatkan persetujuan protokol untuk melakukan uji klinis pada kelompok usia 60+

Institut Riset Gamaleya, pengembang calon vaksin COVID-19 Sputnik V dari Rusia, menyatakan akan melakukan pengujian klinis terhadap orang yang berusia di atas 60 tahun, untuk membuktikan kemanjuran vaksin pada lansia.

Dalam tiga tahap uji klinis Sputnik V yang sudah dan tengah dijalankan hingga saat ini, Gamaleya mengambil relawan vaksinasi dengan rentang usia 18 hingga 60 tahun, sehingga muncul pertanyaan mengenai penggunaan vaksin pada kelompok di luar usia tersebut.

"Bagi kelompok usia lainnya, anak-anak dan lansia di atas 60 tahun, kami mengajukan protokol uji klinis baru, dan telah mendapatkan persetujuan protokol untuk melakukan uji klinis pada kelompok usia 60+," kata dr. Denis Logunov, Wakil Direktur Kinerja Ilmiah Institut Gamaleya pada Selasa.

Logunov menambahkan bahwa kelompok target uji klinis terbaru ini merupakan kelompok usia dengan tingkat mortalitas, atau kematian, akibat COVID-19 yang sangat tinggi.

Di samping penambahan kelompok usia tersebut, Logunov menjelaskan bahwa pada uji klinis tahap III, dengan 40.000 relawan dalam kelompok 18 hingga 60 tahun, sejauh ini tidak ada laporan mengenai efek ketidakcocokan yang serius.

Menurutnya, sejumlah efek ketidakcocokan muncul dengan tingkat yang ringan hingga sedang, serta terjadi dalam beberapa hari setelah vaksinasi dilakukan.

"Efek ketidakcocokan yang kami temukan adalah hipotermia (penurunan suhu tubuh, red), nyeri pada titik penyuntikan, mungkin juga sedikit pegal-pegal, dan kelelahan di antara para relawan," kata Logunov.

Menjawab pertanyaan mengenai kelemahan yang dimiliki oleh Sputnik V, Logunov mengatakan tidak ada masalah berarti sejauh ini, namun "karena pengujian dilakukan terhadap populasi manusia yang heterogen [...] terdapat kemungkinan bahwa vaksin apapun, bukan hanya vaksin kami, [...] menimbulkan hasil yang beragam."

Institut Gamaleya menjanjikan publikasi data uji klinis tahap III dari 5.000 hingga 10.000 relawan pada pertengahan November mendatang mengenai kemanjuran Sputnik V, tidak hanya bagi kelompok 18-60 tahun, namun juga kelompok yang lebih luas.


Baca juga: Bio Farma: 1.074 relawan sudah dapat dua suntikan vaksin Sinovac

Baca juga: China janji prioritaskan vaksin corona untuk ASEAN

Pewarta: Suwanti
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020