"Kalau Singapura masih meminta kita coba satu dulu. Kalau maunya kami, lebih dari satu, supaya para 'eligible traveller' bisa punya banyak opsi," kata Pejabat Kementerian Luar Negeri, Denny Abdi disela-sela meninjau kesiapan Pelabuhan Internasional Batam Centre, Rabu.
Ia menjelaskan, karena masih uji coba, maka ditentukan satu lokasi bandara dan satu terminal feri untuk pintu TCA.
Untuk bandara hanya Soekarno Hatta di Indonesia, dan Bandara Changi di Singapura. Sedangkan untuk terminal feri, Singapura menetapkan Tanah Merah, sehingga Indonesia harus menetapkan satu terminal di Batam.
Baca juga: TCA Indonesia-Singapura gunakan konsep dua balon
"Karena Singapura menetapkan Tanah Merah, maka tentu akan dilihat pasangannnya di mana. Ini yang akan kami finalisasi," kata dia.
Ia menerangkan, Menlu sudah menyebutkan Terminal Feri Batam Centre sebagai pintu masuk TCA di Batam. Keputusan itu berdasarkan informasi yang tersedia di pusat.
"Ketika kami membahas ini, kesiapan teman-teman di lapangan, baik imigrasi maupun kesehatan, yang terbanyak adalah di Batam Centre (Pelabuhan Internasional Batam Centre)," kata dia.
Namun, kata dia melajutkan, saat membahas hal itu dengan pemerintah daerah, terdapat aspirasi pintu masuk dari terminal feri lainnya. Di Batam sendiri terdapat sejumlah terminal feri internasional, antara lain Terminal Batam Centre, Nongsapura, Harbour Bay dan Sekupang
Baca juga: Apindo: TCA Indonesia-Singapura tingkatkan bisnis di Batam
Pemerintah pusat masih akan melihat lebih jauh mengenai aspirasi itu.
Ia menekankan, yang terpenting adalah kualitas pelayanan di terminal feri, bagaimana protokol kesehatan diterapkan dengan baik, sesuai standar yang disepakati kedua negara.
"Misi kita sekarang adalah bagaimana membuat feri terminal kita memiliki kualitas yang sama baiknya dalam pelayanan dan protokol kesehatan dengan Singapura," kata dia.
Pihaknya terus berdiskusi dengan pihak Singapura dan bertemu dengan pengelola pelabuhan untuk mendapatkan masukan mengenai pengaturan koridor untuk perjalanan bisnis penting, perjalanan diplomatik dan perjalanan kedinasan yang penting itu.
Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020