"Jika biasanya webinar yang diselenggarakan Kowani dihadiri ribuan peserta. Namun untuk pembahasan politik ini hanya 379 peserta. Ini menunjukkan ketidaktertarikan perempuan dalam bidang politik," ujar Giwo dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Untuk itu, pemahaman perempuan di bidang politik harus terus ditingkatkan. Para perempuan juga hendaknya mulai berpikir untuk memberikan suaranya kepada calon perempuan yang berkualitas.
Baca juga: Kowani: Perempuan penentu keberhasilan ketahanan keluarga revolusi 4.0
"Karena sejatinya hanya perempuanlah yang dapat memperjuangkan harkat dan martabat kaum perempuan. Jadi diharapkan, perempuan tidak hanya berorasi untuk calon perempuan. Tetapi juga disertai dengan memilih calon perempuan yang berkualitas," imbuh dia.
Pandemi COVID-19, lanjut dia, telah membuat tantangan tersendiri dalam penyelenggaraan Pilkada. Hal itu dikarenakan sosialisasi program harus dapat dilakukan secara kreatif dan inovatif.
"Menghindari kerumunan massa di dalam masa pandemi ini, memakai masker serta mematuhi protokol kesehatan yang berlaku," tambah dia.
Giwo yakin perempuan dapat kreatif dan inovatif dibandingkan laki-laki. Menurut data dari Komite Pemilu di Indonesia, saat ini ada Pilkada 2020 jumlah perempuan yang mencalonkan diri sebanyak 10,6 persen atau sekitar 157 perempuan.
Hal itu menunjukkan angka keterwakilan perempuan masih kecil dibandingkan jumlah calon laki-laki yang mencapai 1.329 calon.
"Meski ada peningkatan dibandingkan Pilkada sebelumnya, yang mana hanya 101 perempuan yang mengajukan calon. Kami berharap sebagian besar calon perempuan dapat terpilih," kata dia.
Baca juga: Kowani raih rekor MURI atas pemberdayaan perempuan selama pandemi
Meski ada UU tentang keterwakilan perempuan yang mana sekitar 30 persen di legislatif. Namun pada hakikatnya, untuk mewujudkan itu perlu kerja keras.
Menurut data Global Gender Indeks 2020, Indonesia mulai memperkecil jarak pada ketimpangan gender dan menempati ranking 85 dari 105 negara.
"Namun kita tidak cepat senang, karena di dalam pemberdayaan politik Indonesia masih berada di bawah 0,04 persen yang merupakan nilai indeks global. Maka dari itu, seluruh pemangku kepentingan harus tetap terus berjuang memberikan pemahaman secara utuh tentang kesadaran perempuan berpolitik dan menggunakan hak pilihnya dengna baik demi kesetaraan," terang dia.
Giwo mengatakan jika setiap perempuan dan memilih calon kepala daerah perempuan, maka akan terwujudnya peran perempuan lebih baik di eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Ketua Kowani, Nita Yudi, mengatakan bahwa hingga saat ini perempuan masih banyak dijadikan sebagai obyek dari politik itu sendiri.
"Dengan jumlah yang besar, seharusnya perempuan bisa menjadi subyek dari politik," kata Nita.***3***
Baca juga: Kowani latih guru Paud selama proses belajar dari rumah
Baca juga: Kowani : Perempuan pilar dan pelopor ketahanan pangan
Pewarta: Indriani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020